TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Perawat COVID-19, Mencoba Bahagia Meski Lelah Fisik dan Mental

"Kapan ya pamdemik ini berakhir?"

Perawat ICU RSPP Modular Simprug, Novi Citra Lenggana (Dok. Humas RSPP)

Jakarta, IDN Times - Novi Citra Lenggana berjalan pelan di lorong RSPP Modular Simprug, Jakarta Selatan, Selasa (8/9/2020). Bulir-bulir keringat masih membasahi pelipisnya meski ia sudah melepas hazmat yang seolah tak memberikan ruang bernafas selama hampir empat jam.

"Kapan pandemik ini berakhir, semoga cepat berlalu," katanya kepada IDN Times melalui sambungan telepon. "Saya kangen memeluk orangtua dan ponakan saya yang lucu-lucu.".

Novi menceritakan hampir enam bulan lebih dia menjadi 'prajurit' melawan COVID-19 yang kasusnya setiap hari terus meningkat. Sebagai tenaga kesehatan dia mengesampingkan sejumlah keinginan demi menghadapi COVID-19.

Baca Juga: Makna Hari Perawat Sedunia di Era Pandemik Bagi Perawat Tanah Air

1. Merasa insecure tiap memakai hazmat

Perawat ICU RSPP Modular Simprug, Novi Citra Lenggana (Dok. Humas RSPP)

Novi mengatakan meski sudah mengenakan Alat Pelindung Diri lengkap dari ujung kaki sampai ujung rambut, perasaan khawatir dan takut tetap muncul karena tiap hari dia melayani pasien positif COVID-19.

"Bosan pasti ada. Sudah enam bulan lebih memakai protokol sangat lengkap. Meski sudah pakai hazmat pasti ada perasaan insecure, jadi sepanjang memakai hazmat juga terus berdoa," katanya.

2. Jaga jarak dengan keluarga

Tenaga medis RSPP Jakarta rayakan hari kemerdekaan Indonesia di rumah sakit (Dok. Humas RSPP)

Novi paham sebagai garda terdepan dia rentan tertular virus COVID-19. Karena itu dia rela tidak bertemu keluarga dan berkumpul seperti biasanya.

"Saya sembilan bersaudara tiap dua atau tiga bulan sekali kumpul semua tapi semenjak ada covid kami hanya ngobrol via zoom," katanya.

3. Rasa lelah dan bosan kerap mendera

Perawat ICU RSPP Modular Simprug, Novi Citra Lenggana (Dok. Humas RSPP)

Novi tidak menampik dia pernah merasakan titik jenuh dan lelah secara mental. Sebab, selain jauh dengan keluarga, dia harus melakukan suatu hal yang hampir sama setiap hari, yakni bertemu pasien COVID-19.

"Bosan juga karena bertemu dengan pasien yang kondisi seragam dan menggunakan baju hazmat lengkap, jadi pengulangan lagi, tapi tetap semangat," ujarnya.

Baca Juga: WHO: Imunisasi Massal Vaksin COVID-19 Baru Terjadi Pertengahan 2021

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya