TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kesaksian Mendebarkan Salah Satu Korban Selamat Tsunami Banten 

Mereka harus melewati kawasan seperti hutan agar bisa pulang

Tsunami Banten (IDN Times/ Helmi Shemi)

Jakarta, IDN Times – Bencana Tsunami yang terjadi di kawasan Banten dan Lampung Selatan telah berlalu 15 hari. Hingga 31 Desember 2018 tercatat 437 orang tewas dan belasan ribu orang luka-luka akibat peristiwa yang terjadi pada Sabtu (22/12).

Salah satu korban selamat dalam kejadian nahas itu sempat berkisah kepada IDN Times dan mengizinkan kami untuk menayangkannya dalam bentuk artikel. Ketika kejadian berlangsung, korban bernama Raisa Kiyasa itu sedang menikmati libur akhir tahun bersama keluarganya di salah satu resort di kawasan Anyer, Banten.

Berikut kisahnya.

Baca Juga: [Update] Korban Meninggal Akibat Tsunami Selat Sunda Jadi 437 Orang

1. Liburan ke Anyer merupakan rencana yang mendadak

IDN Times/ Helmi Shemi

Kepada IDN Times, Raisa berkisah bahwa liburannya bersama keluarga di kawasan Anyer cukup mendadak. Sebab, mereka baru memutuskan pergi ke Anyer sekitar seminggu sebelum rencana tersebut terlaksana.

“Saya ke sana mau liburan, adik saya yang paling kecil minta liburan yang bisa main pasir,” jelas anak pertama dari tiga bersaudara ini.

Demi mengabulkan permintaan sang adik, Raisa beserta keluarga pergi ke Anyer pada Jumat (21/12) atau sehari sebelum tsunami menerjang. Anyer menjadi pilihan mereka karena lokasinya terbilang dekat untuk ditempuh menggunakan mobil sehingga tak akan memakan waktu perjalanan yang lama.

“Kami gak punya banyak waktu karena bokap (Ayah) masih kerja, jadi dipilih Anyer,” ungkapnya.

2. Abu hitam yang dikeluarkan Gunung Anak Krakatau yang terlihat siang hari sebelum kejadian sempat membuat khawatir, tapi..

Dok. IDN Times/Istimewa

Lulusan salah satu SMA di Jakarta Selatan ini mengakui bahwa dia sudah melihat Gunung Anak Krakatau mengeluarkan abu hitam sejak hari pertamanya di Anyer. Saat itu Raisa masih mengira hal tersebut normal terjadi.

Raisa dan keluarga mulai khawatir setelah abu yang dikeluarkan semakin menghitam dan lebih tebal dari sehari sebelumnya bahkan sampai mengeluarkan warna merah seperti api. Ia mengatakan bahwa sang Ibu sempat berencana mau pulang tapi membatalkannya

“Sebenarnya ibu saya sudah ngomong 'pulang gak ya' gitu. Tapi, akhirnya kita stay karena kata staf hotel itu sudah biasa,” ujarnya.

Baca Juga: FOTO: Sepekan Setelah Tsunami Banten, Begini Kondisi Terakhir di Sana

3. Tsunami terjadi ketika Raisa dan keluarga akan tidur malam

IDN Times/ Helmi Shemi

Sekitar pukul 20.00 WIB Raisa dan keluarganya makan malam kemudian kembali ke kamarnya untuk tidur sekitar pukul 21.00 WIB. Raisa dan keluarganya memesan dua kamar yang saling berhadapan di lantai dua. Sang ayah dan adik pertamanya tidur di kamar yang menghadap jalanan sedangkan Raisa, adiknya yang paling kecil dan sang ibu tidur di kamar yang menghadap laut.

Jelang tertidur, Raisa mendengar gemuruh ombak yang sangat keras. Dalam keadaan biasa harusnya itu tak terjadi lantaran jarak kamarnya ke laut cukup jauh. Tak hanya itu, sekitar pukul 21.30 WIB ia juga mendengar suara seperti bangunan runtuh.

“Saya langsung keluar dari kamar, pas dilihat pokoknya di bawah sudah berantakan semua. Pas saya buka kamar semua orang di hotel sudah panik, ayah saya juga sudah keluar kamar,” jelasnya melalui pesan suara.

4. Jalan terhalang puing memaksa mereka mengungsi ke Masjid

Dok. IDN Times/Istimewa

Dia menggambarkan suasana saat itu kacau, semua panik lalu teriak dan berlarian. Raisa mengungkapkan bahwa sang ayah ternyata sudah siap-siap mengemas barang-barang penting. Ia pun juga mengemas barang-barangnya lalu bergegas ke mobil untuk segera pergi dari tempat itu.

“Awalnya kami bawa mobil buat mengungsi ke daerah yang lebih tinggi. Tapi akhirnya mobil kami tinggalin karena banyak puing di jalanan,” katanya.

Mereka pun langsung bergegas ke Masjid Jami Miftahul Jawwah untuk mengungsi. Raisa menjelaskan bahwa di sana cukup banyak orang yang berasal dari berbagai penginapan sekitar.

“Di masjid banyak yang luka-luka. Ada satu keluarga yang kehilangan bapaknya saat itu,” jelas Raisa menggambarkan suasana malam itu.

Baca Juga: Kisah Pilu Korban Tsunami Banten, Terapung hingga Terempas Ombak

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya