Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - Tahun 2020 menjadi tahun terberat bagi seorang perempuan asal Surabaya, Jawa Timur yakni Dea Winnie Pertiwi (28). Dia kehilangan anggota keluarganya secara berurutan. Ibu, ayah, kakak serta calon keponakannya meninggal dunia karena COVID-19. Dea pun sempat terinfeksi COVID-19
Kejadian tersebut terjadi pada Mei 2020. Berturut-turut Dea mengalami kedukaan karena kehilangan anggota keluarganya secara hampir bersamaan. Kini setelah 8 bulan pandemik, dia berbagi kisah sebagai penyintas COVID-19 kepada IDN Times.
Berikut adalah kisah Dea sebagai penyintas serta pengalamannya menghadapi kondisi psikologis setelah kehilangan keluarga dan menjalani hari di tengah pandemik COVID-19.
Baca Juga: Anies: Denda Gak Pakai Masker di Jakarta Sudah Sampai Rp5 Miliar
1. Dea sempat dijauhi karena statusnya sebagai penyintas COVID-19
Dea Winnie Pertiwi, Penyintas COVID-19 dan dr. Andri, SpKJ, FAPM, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS. OMNI ALAM SUTERA dalam program Ngobrol Seru by IDN Times "Kisah Penyintas COVID-19" Rabu (25/11/2020) (Dok. IDN Times) Setelah kehilangan anggota keluarganya dan terkonfirmasi COVID-19, Dea juga sempat mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan.
Statusnya sebagai penyintas COVID-19 kerap menjadi stigma negatif di lingkungan sosial.
"Awal-awal apalagi pas musibah keluargaku itu kan COVID-19 lagi kenceng-kencengnya, jadi kerasa banget tetangga itu awalnya itu seperti mengucilkan, ketika aku speak up atau cerita ke media, gak sedikit juga yang menyalahkan 'kok kamu sebar aib," kata Dea dalam program Ngobrol Seru by IDN Times, bertajuk "Kisah Penyintas COVID-19" yang tayang Rabu (25/11/2020).
Bahkan dia sempat ditolak oleh RT setempat ketika ingin mengurus izin yang mengharuskan memberikan KTP kepada yang bersangkutan, karena mereka takut tertular lewat barang-barang Dea.
2. Temukan support dari orang-orang terdekat
Ilustrasi. Pasien COVID-19 berhasil sembuh. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha Dea mengakui sempat merasa malu dengan kondisinya sebagai penyintas, bahkan dia pernah dijauhi oleh teman-temannya. COVID-19 benar-benar membuat kepercayaan diri Dea runtuh.
Hingga pada suatu waktu dia memberanikan diri untuk bertanya pada temannya, apakah ketika dia sembuh dari COVID-19 mereka masih mau berteman dengannya.
"Jadi pantas beberapa orang merasa dirinya ada gejala itu takut untuk periksa atau takut memeriksakan diri, mereka takut bahwa itu COVID-19, akhirnya mereka dikucilkan," katanya.
Namun pada akhirnya tidak sedikit juga orang-orang yang sadar bahwa keluarga atau orang yang terkena COVID-19 butuh dukungan.
"Tetapi Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu akhirnya paham bahwa 'Oh ya kita butuh support', teman-temanku juga banyak yang support," ujar Dea sembari tersenyum.
3. Kadang merasa sedih dan berharap keluarganya dapat penanganan COVID-19 seperti saat ini
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Pasien yang berhasil sembuh dari COVID-19 (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S) Sebagai penyintas, Dea kini membawa mindset-nya ke arah yang lebih membahagiakan, bahkan dia juga mengatakan banyak teman-teman penyintas yang kini mau berbagi kisah tentang pengalaman COVID-19 mereka, dan hal itu menurutnya sangat baik.
"Terserah mau percaya atau tidak. Tapi aku ini satu korban yang nyata bahkan sampai saat ini indera penciumanku tidak bisa kembali normal, kalian masih bilang kok itu hoaks," ujarnya.
Namun, dia juga tak menampik bahwa terkadang kesedihan mendalam karena ditinggal ayah, ibu dan kakaknya secara berurutan masih sangat dirasakannya.
Dia mengakui, kini penanganan COVID-19 di Indonesia sudah jauh lebih baik. Hal itu juga yang terkadang memancing rasa sedihnya karena dia kerap mempertanyakan ketidakadilan dalam dirinya. Dia merasa jika saja penanganan terbaik tersebut bisa dirasakan ibu, ayah dan kakaknya, mungkin mereka masih berada di sisinya hingga saat ini.
"Coba dulu penanganannya kayak gini, mungkin keluarga aku bisa terselamatkan," ujar Dea.
4. Dea kini semakin memperhatikan kebersihannya
Dea Winnie Pertiwi, Penyintas COVID-19 dalam program Ngobrol Seru by IDN Times "Kisah Penyintas COVID-19" Rabu (25/11/2020) (Dok. IDN Times) Pengalamannya sebagai penyintas COVID-19 kini membuat Dea semakin memperhatikan kebersihan dan kondisi kesehatannya. Kini dia lebih skeptis dengan barang-barang yang dia sentuh. Rajin cuci tangan jadi senjata Dea menghilangkan rasa cemasnya pada virus ini.
"Walaupun katanya yang sudah pernah positif itu kebal, tapi aku tetap menjaga diriku sendiri, aku tetap pakai masker hand sanitizer, ke manapun cuci tangan dan aku selalu menghindari kerumunan," ujarnya.
Baca Juga: Kenapa Penyintas COVID-19 Bisa Reaktif Saat Rapid Test Antibodi?