TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penyebaran COVID-19 Lewat Udara Lebih Berisiko di Ruangan Tertutup

Penting untuk memperhatikan ventilasi dan sirkulasi udara

Ilustrasi rapid test. IDN Times/Dini Suciatiningrum

Jakarta, IDN Times - Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) dr. Pandu Riono menanggapi pengakuan Badan Kesehatan Dunia atau WHO terkait penularan virus corona atau COVID-19 melalui udara atau disebut aerosol transmission.

Melihat hal ini, Pandu mengatakan bahwa COVID-19 akan semakin berisiko tinggi menginfeksi banyak orang jika ruangan tertutup, apalagi ruangan yang tidak memiliki ventilasi atau sirkulasi udara yang baik.

"Ini sebenarnya mengesahkan atau memperkuat tekad kita harus selalu menggunakan masker, baik di luar gedung mau pun di dalam gedung dan jangan masuk ke dalam gedung yang ventilasinya buruk karena itu berisiko," kata Pandu dalam diskusi daring Polemik Trijaya, Sabtu (11/7/2020).

Baca Juga: Jika COVID-19 Ternyata Airborne, Pakar: Jaga Jarak Jadi Tidak Relevan

1. Lebih berisiko di ruangan tertutup dengan sirkulasi yang buruk

Disksusi daring Polemik Trijaya bertajuk "COVID-19 dan Ketidaknormalan Baru", Sabtu (11/7/2020) (Youtube.com/MNC Trijaya)

Ruangan tertutup seperti perkantoran juga memiliki risiko penularan yang tinggi. Jika suatu ruangan tidak memiliki ventilasi yang baik dan hanya mengandalkan pendingin ruangan untuk memperoleh udara.

Perputaran udara inilah yang menurut Pandu bisa memperbesar risiko penularan, apalagi jika ada seseorang yang terinfeksi COVID-19 berada di ruangan tersebut, maka udara jadi tidak bisa keluar dan akan virus akan beterbangan di sana.

Karena diskusi dihadiri oleh anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo, Pandu mengingatkan bahwa ruang tertutup seperti ruang rapat juga perlu diperhatikan sirkulasinya.

"Ruang sidang DPR juga bisa berisiko, jadi harus semua mengecek sistem pendinginan sirkulasi, dijaga dan kalau perlu, kalau memang harus bersidang di dalam ruangan yang menggunakan masker," kata dia.

2. Mewaspadai penyebaran virus di rumah

Isolasi wilayah secara mandiri di Banten (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Selain itu, penyebaran virus di udara juga harus diperhatikan di ruang privat seperti rumah. Bagi Pandu, rumah juga bisa menjadi tempat penularan, apalagi jika ada anggota keluarga yang sedang melakukan isolasi mandiri.

Pandu mengatakan perlu ada evaluasi penetapan isolasi mandiri di rumah agar tidak meningkatkan risiko penularan antara anggota keluarga.

"Sebenarnya kita harus mengevaluasi kembali isolasi mandiri di dalam suatu rumah, yang rumah mereka sendiri itu yang tidak memenuhi syarat. Walau pun besar (rumahnya) tapi mereka menggunakan air conditioner atau pendingin itu menurut saya berisiko," kata dia.

3. Risiko penularan di fasilitas kesehatan

Ilustrasi. Pengoperasian laboratorium PCR COVID-19 (ANTARA FOTO/Makna Zaezar)

Pontensi penularan di ruangan tertutup juga bisa terjadi di pusat kesehatan, maka dari itu Pandu mengatakan tak sedikit tenaga medis yang mudah terinfeksi COVID-19 karena mereka bekerja di ruangan tertutup,

Dia mencontohkan bahwa ruangan seperti laboratoriun biosafety level harus memiliki tekanan negatif.

"Apalagi petugas laboratorium yang sehari-hari berurusan dengan virus, ini yang menurut saya kita harus meningkatkan kewaspadaan dan memperbaiki semua sistem ventilasi di dalam ruangan," kata Pandu.

Baca Juga: Update WHO: 4 Cara Penularan Baru COVID-19, Salah Satunya Airborne

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya