PDIP Ogah Koalisi Bareng, Demokrat Singgung Era Kepemimpinan SBY
Demokrat klaim pengangguran turun lebih tinggi di era SBY
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Koordinator Juru Bicara DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra angkat bicara soal pernyataan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (Sekjen PDIP), Hasto Kristiyanto yang menyatakan tak akan berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Demokrat pada Pemilu 2024.
"Pertama, sikap Partai Demokrat sangat jelas. Seperti yang disampaikan Ketua Umum kami, AHY, dalam berbagai kesempatan, Demokrat sangat menghargai kemandirian, independensi, mekanisme internal, dan pilihan setiap partai untuk berkoalisi atau bekerja sama dengan partai mana pada Pilpres 2024," ujar Herzaky dalam keterangannya, Minggu (26/6/2022).
Herzaky mengatakan, Demokrat ingin berkoalisi dengan partai yang saling menghargai agar tidak memunculkan adanya saling menekan hingga mengancam.
"Kami harap tidak ada tekanan-tekanan, paksaan, bahkan ancaman-ancaman, seperti upaya kriminalisasi atau gangguan terhadap bisnis kader-kader kami maupun upaya perampasan kepemimpinan partai kami atau calon rekan koalisi kami," katanya.
Baca Juga: Tak Mau Koalisi Bareng, PKS Minta PDIP Jangan Berlebihan
Baca Juga: Isi Kesepakatan PKS-NasDem soal Sinyal Koalisi di Pilpres 2024
1. Demokrat bicara era SBY jadi Presiden
Herzaky pun menyinggung ketika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Presiden RI pada 2004-2014. Pada zaman SBY, kata dia, tak ada masyarakat yang mengantre untuk membeli minyak goreng dan harga kebutuhan pokok pun diklaimnya stabil.
"Kemiskinan turun drastis, penduduk miskin berkurang hampir 9 juta. Pemerintahan SBY diwarisi 36 jutaan penduduk miskin dari Presiden Megawati. Setelah sepuluh tahun memimpin, SBY mewariskan tinggal 27 jutaan penduduk miskin ke pemerintahan Jokowi. Ada pengurangan sangat signifikan," katanya.
"Sedangkan 5 tahun era Jokowi memimpin, angkanya berkisar 24-26 juta. Hampir tidak ada pengurangan. Bahkan setelah pandemi, di periode kedua malah sempat naik lagi ke 28 juta, dan sekarang 26 juta," sambungnya.