TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Antisipasi Badai La Nina, Kementan Siapkan Strategi Ini

Sektor pertanian tak boleh terganggu

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memanen buah kakao di Desa Puudambu, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Sabtu (2/11/2019). (ANTARA FOTO/Jojon)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan strategi untuk mengantisipasi ancaman badai La Nina untuk sektor pertanian sebagaimana diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menegaskan, dalam situasi dan kondisi apa pun, sektor pertanian harus terus berjalan. Pertanian tak boleh terganggu dengan apa pun.

"Pertanian ini tak boleh terganggu, sebab pertanian merupakan sektor yang berkaitan dengan pemenuhan hajat hidup seluruh rakyat Indonesia. Jadi, apa pun situasinya, pertanian harus tetap berjalan," kata Syahrul dalam keterangan resmi Kementan.

Baca Juga: Ditjen PSP Kementan Dorong Pertanian Sumut Melek Teknologi  

1. Strategi mitigasi

Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan strategi untuk mengantisipasi ancaman badai La Nina. (Dok. Kementan)

Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Ali Jamil menjelaskan, untuk aspek mitigasi ada dua skenario yang telah disiapkan oleh pihaknya.

Pertama adalah aspek forecasting untuk meminimalisasi risiko banjir apabila kemampuan prakiraan musim dapat dilakukan lebih awal dan akurat.

"Kedua adalah aspek deliniasi wilayah rawan banjir perlu dilakukan untuk menyusun strategi antisipasi dan memfokuskan penanganan masalah banjir secara spasial dan temporal," ujar Ali.

Lebih lanjut ia mengatakan, aspek deliniasi juga dapat mengilustrasikan pergeseran dan atau peningkatan wilayah rawan banjir dan kekeringan.

2. Membangun sinergi

Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan strategi untuk mengantisipasi ancaman badai La Nina. (Dok. Kementan)

Sementara untuk aspek adaptasi, Ali menyebut ada beberapa langkah yang telah disiapkan. 

Pertama ketersediaan informasi dan teknologi tentang banjir dan kekeringan. Kedua, kebijakan dan perencanaan pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim, termasuk terhadap iklim ekstrem yakni banjir dan kekeringan. 

Berikutnya adalah sistem pendukung kelembagaaan pertanian yang responsif terhadap banjir dan kekeringan. Terakhir yakni membangun kepedulian masyarakat.  

"Kami juga membangun sinkronisasi dan sinergitas dengan kementerian/lembaga terkait secara partisipatif dan berkelanjutan," ujar dia.

Baca Juga: Program RJIT Kementan Sukses Dongkrak Produktivitas Pertanian Bantaeng

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya