TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kasus COVID-19 Tinggi, Rumah Sakit di Depok Krisis Tenaga Medis 

Jumlah tempat tidur untuk kasus COVID-19 pun terbatas

ilustrasi tenaga medis (IDN Times/Candra Irawan)

Depok, IDN Times - Selain DKI Jakarta, jumlah kasus COVID-19 di kawasan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) tertinggi kedua berpusat di Kota Depok dengan total kasus positif mencapai 309 orang per Minggu (3/5).  Dan jumlah itu setara dengan 29,1 persen dari kasus positif di Jawa Barat.

Tren kasus virus corona di Kota Belimbing pun hingga kini belum ada tanda-tanda penurunan, meski sudah diterapkan pelaksanaan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Bahkan penularan kian menjadi-jadi selama PSBB yang sudah berlangsung sejak Rabu (15/4). Gugus Tugas COVID-19  setempat mengungkapkan bila sebelumnya tren penularan rata-rata mencapai 6-7 per hari, kini melonjak jadi 8-9 per hari.

Tak pelak, tingginya kasus positif yang bertambah tiap hari berdampak pada pemenuhan fasilitas kesehatan dan tenaga medis di dalamnya sebagai garda terdepan. Namun, saat ini rumah sakit di Depok yang ditetapkan jadi rujukan penanganan COVID-19 justru diterpa krisis tenaga medis, sehingga menghambat jalannya penanganan pasien.

Baca Juga: Rumah Sakit Rujukan COVID-19 di Depok Krisis Dokter dan Perawat

1. Butuh belasan dokter dan puluhan perawat

Dua orang paramedis saling membantu dalam mengenakan pakaian dan alat pelindung diri (APD) sebelum bertugas menangani pasien COVID-19 di Ciputra Hospital, Jakarta, Kamis (30/4/2020) ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Depok dr. Alif Noeriyanto Rahman mengatakan, sedikitnya krisis tenaga medis dialami di tiga rumah sakit rujukan. Seperti di RSUD Depok yang kini kekurangan 12 dokter umum dan spesialis paru.

Kekurangan jumlah perawat pun tak kalah gawatnya. Semisal di RS Bhayangkara Brimob yang masih butuh 35 perawat dan ditambah satu dokter penyakit spesialis paru.

Krisis perawat pun terjadi di RS Universitas Indonesia (RS UI), yang membutuhkan sekira 60 perawat. Akibat krisis perawat, pihak RS UI, bahkan sampai membuka pendaftaran relawan yang pesertanya kebanyakan diikuti oleh mahasiswa ‘jaket kuning’.

2. Kapasitas tempat tidur pasien positif dan PDP juga terbatas

pexels.com/pixabay

Krisis tenaga medis bukan cuma jadi satu-satunya penghambat jalannya penanganan pasien positif. Sebab, masalah lain terjadi pada kapasitas rumah sakit rujukan yang juga terbatas. Dari 9 rujukan rumah sakit rujukan yang ada, kapasitas yang tersedia sekira 219 tempat tidur.

Belakangan, Pemkot Depok menambah satu unit rumah sakit rujukan. Ketersediaan tempat tidur untuk pasien positif COVID-19 pun bertambah jadi 354 unit. Namun jumlah itu masih jauh dari batas minimal.

Alif mengatakan tren kasus positif di Depok setidaknya harus dibarengi dengan kapasitas sedikitnya 500 tempat tidur. Jumlah itu merujuk pada penambahan kasus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang lebih banyak ketimbang kasus positif itu sendiri dengan total mencapai 771 orang per Minggu.

Bila dibandingkan dengan Kota Bekasi, jumlah rumah sakit rujukan di Depok kalah banyak. Padahal, jumlah kasus COVID-19 di Kota Bekasi tak semasif yang ada di Depok. Dengan jumlah kasus positif 245 orang, Pemkot setempat menyediakan 46 rumah sakit rujukan.

Dilansir dari laman resmi Pemkot Bekasi, puluhan rumah sakit itu terdiri dari 1 rumah sakit rujukan utama, 8 rumah sakit rujukan tambahan, dan 37 rumah sakit rujukan awal.

Baca Juga: Ketua DKR Depok: Jangan Salahkan Warga Kalau Kasus COVID-19 Tinggi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya