TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dewan Pakar AMIN: Anies Upayakan Beli Alutsista Baru, Bukan Bekas

Perawatan alutsista bekas butuh biaya mahal

Ketua Dewan Pakar Timnas AMIN, Hamdan Zoelva (kedua dari kiri) dan anggota Dewan Pakar, Marsda (Purn) Supomo di Rumah Perubahan. (IDN Times/Santi Dewi)

Jakarta, IDN Times - Anggota Dewan Pakar Anies-Muhaimin (AMIN), Marsekal Muda (Purn) Supomo mengatakan seandainya Anies Baswedan terpilih jadi RI-1, maka ia akan upayakan pembelian alutsista baru. Anies, kata Supomo, tak akan pertimbangkan untuk membeli alutsista bekas demi membangun pertahanan Indonesia yang kuat.

Isu alutsista bekas ini sempat dipermasalahkan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta itu untuk menyerang Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Prabowo diketahui memang membeli 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 milik Angkatan Udara (AU) Qatar. Nilai kontraknya mencapai Rp12 triliun. Namun, pembelian itu akhirnya ditunda karena fiskal tidak memungkinkan. 

Supomo menilai membeli alutsista baru jauh lebih efisien dibandingkan membeli bekas. "Empiris menyatakan bahwa alutsista bekas sangat mahal dalam segi pemeliharaannya, durasi waktu pakainya pun juga singkat. Kemudian, kita pun juga akan kesulitan dalam pemeliharaan (alutsista bekas) dan menyiapkan pilotnya," ujar Supomo ketika menjawab pertanyaan IDN Times di Rumah Perubahan, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa (9/1/2024). 

Ia menggarisbawahi yang coba disampaikan oleh Anies di sesi debat pada Minggu kemarin yaitu ingin pertahanan militer Indonesia dibangun menggunakan alutsista baru. Tujuannya, agar militer Indonesia memiliki 'gigi' dan mendapatkan kekuatan.

"Tidak mungkin kami korbankan pilot, biaya yang begitu besar untuk pertahanan dengan menggunakan alutsista bekas," tutur dia lagi. 

1. Alutsista dibutuhkan baru demi bangun industri pertahanan dalam negeri

potret jet tempur Mirage 2000-5 yang dioperasikan oleh Armee De L' Air/AU Prancis (commons.wikimedia.org/Aldo Bidini)

Lebih lanjut, Supomo mengatakan bahwa teknologi jet tempur cepat usang. Itu sebabnya, dibutuhkan pengadaan alutsista baru. Dengan begitu, terdapat peluang untuk melakukan riset dan rekayasa terbalik. Tujuannya, agar Indonesia tidak melulu tergantung pada negara luar. 

"Kalau teknologi sudah obsolete dan tertinggal, maka pesawat itu hanya terbang saja kayak biasa. Karena sekarang pesawat 75 persen isinya teknologi. Jadi, gak mungkin kita beli yang lama atau bekas, karena (teknologi) sudah tertinggal lama. Belum lagi kalau itu source code-nya kita lupa. Maka, bisa di-block kita, gak bisa terbang," tutur Supomo. 

"Jadi, yang mau kami katakan bahwa terlalu mahal bila kita membeli pesawat bekas karena ada begitu banyak komponen (yang tidak update)," katanya lagi. 

Sehingga, Anies tidak semata-mata bersikap tendensius dan menyoroti pemakaian alutsista bekas. 

Baca Juga: Berapi-Api Sindir Anies Baswedan, Prabowo: Emang Gue Pikirin

2. Timnas AMIN dapatkan data-data pendukung debat di dunia maya

Capres Nomor Urut 1 Anies Baswedan saat berkampanye dialogis bersama para petani di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. (IDN Times/Amir Faisol)

Di sisi lain, Supomo mengatakan dalam sesi debat pada Minggu kemarin, Anies dibekali data-data mengenai isu pertahanan dari sumber-sumber di dunia maya. Artinya, informasi tersebut tidak bersifat rahasia dan dapat diakses oleh publik. Meski berbayar. 

"Data-data yang diungkap oleh paslon nomor satu adalah sebenarnya data-data yang bisa diakses dari internet, open source. Kita bisa mengakses di military balance. Ini berbayar dan harganya 240 dolar Amerika Serikat (AS). Biasanya susah kalau diakses langsung," kata dia. 

Kemudian, kata dia, data-data pertahanan juga bisa diakses melalui situs Janes dan pangkalan data SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute). "Jadi, dari sana semua, kami beli di situ. Lengkap rinciannya," tutur Supomo. 

Maka, ia bingung ketika ada yang menyebut data mengenai anggaran pertahanan disebut sebagai rahasia negara. "Lha, (bagi) orang asing kok tidak rahasia. Mereka membukukan itu semua. Data-data yang kami ungkap di debat adalah data-data empiris dan akademis," ujarnya lagi. 

Informasi yang dikategorikan masuk ke dalam rahasia negara biasanya menyangkut algoritma teknologi alutsista, strategi pertahanan dan taktik. Hal tersebut, kata Supomo, tidak akan disampaikan di ruang publik. 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya