Gagasan Jokowi-Prabowo pada Pilpres 2024, Realistiskah?
Survei sebut Prabowo berpeluang jadi capres bukan cawapres
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pemilu Presiden 2024 memang masih tiga tahun lagi. Tetapi, nama-nama calon presiden sudah mulai muncul sekarang ini. Salah satu nama yang banyak berseliweran di daftar lembaga survei adalah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Ketua Umum Partai Gerindra itu disebut-sebut akan kembali menjadi calon kuat presiden pada Pilpres 2024, bila Joko "Jokowi" Widodo tak maju lagi sebagai orang nomor satu di Indonesia.
Bahkan, Direktur Lembaga Survei Indo Barometer Muhammad Qodari memunculkan gagasan Jokowi berpasangan dengan Prabowo pada Pilpres 2024.
"Jokowi dan Prabowo kebetulan selama ini menjadi imajinasi politik orang Indonesia, tentang siapa tokoh yang layak untuk memimpin bangsa ini. Ketika mereka sekarang bersama (dalam satu kabinet), politik Indonesia secara garis besar stabil. Ada catatan begitu Prabowo bergabung ke dalam kabinet, hoaksnya turun 80 persen," ungkap Qodari ketika berbicara dalam program Mata Najwa yang tayang di stasiun Trans 7, Rabu, 17 Maret 2021.
Namun, Qodari menyadari gagasannya itu bisa saja ditolak Jokowi dan Prabowo. Sebab, Jokowi sudah menyampaikan tidak bersedia maju lagi sebagai presiden pada periode selanjutnya.
Gagasan Qodari itu berkelindan dengan rumor adanya upaya untuk melakukan amandemen terhadap Pasal 7 UUD 1945, mengenai masa jabatan presiden. Apakah gagasan Jokowi dan Prabowo pada 2024 realistis diwujudkan?
Baca Juga: Jokowi: Saya Tidak Minat Jabat Presiden Tiga Periode!
1. Jokowi didesak harus konsisten dengan pernyataannya, tak lagi bersedia maju jadi presiden
Presiden Jokowi pada Senin, 15 Maret 2021 kembali menegaskan tak berminat dan punya niat menjabat hingga tiga periode. Menurutnya, sikap tersebut tidak akan berubah.
"Itu yang harus kita jaga bersama-sama," ujar Jokowi melalui video yang diunggah ke kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Menurut Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, kini saatnya Jokowi membuktikan ia akan terus konsisten terhadap pernyataan tersebut. Jokowi, kata dia, harus bisa bersikap seperti pepatah orang Jawa "sabdo pandito ratu tan keno wola wali" yang bermakna bila seorang penguasa ingin dihormati maka perkataannya tak boleh mencla-mencle.
"Sekarang kan beliau sebagai ratu, presiden. Tidak boleh berubah-ubah pernyataannya. Kalau sudah mengatakan A ya harus konsisten tetap begitu. Itu kan yang jadi harapan kita semuanya," ungkap politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
"Presiden kan adalah contoh terbaik untuk konsistensi. Inilah kesempatan bagi beliau untuk membuktikannya," sambung dia.
Selain itu, PDI Perjuangan, partai politik yang mengusung Jokowi juga menolak gagasan agar masa jabatan presiden ditambah. Wakil Ketua MPR dari Fraksi PDIP Ahmad Basarah juga sudah tegas menyampaikan masa jabatan presiden dua periode sudah ideal.
Baca Juga: Jabatan Presiden 3 Periode, Lokataru: Pernyataan Jokowi Kayak Cuaca