Jenderal Andika Perkasa: Diskusi Penghapusan Tes Keperawanan Sejak Mei
"Sekarang tidak ada lagi inspeksi vagina dan serviks"
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa mengatakan, perbaikan rekrutmen calon prajurit baik perempuan maupun laki-laki sudah dilakukan sejak Mei 2021 lalu. Salah satu metode rekrutmen yang diperbaiki yakni mengenai tes kesehatan. TNI AD, kata Andika, kini tak lagi mewajibkan inspeksi vagina dan serviks atau biasa disebut sebagai tes keperawanan.
"Sekarang inspeksi vagina dan serviks tidak ada lagi. Tapi, pemeriksaan (alat) genetalia luar tetap (dilakukan) tetapi tanpa melibatkan inspeksi secara khusus ke serviks dan vagina," ujar Andika kepada media di Manado, Sulawesi Utara, Selasa 10 Agustus 2021.
Penghapusan tes keperawanan di TNI AD tersebut disambut baik oleh sejumlah pihak, termasuk organisasi Human Rights Watch (HRW) yang telah mengadvokasi isu tersebut sejak 2014 lalu. Sebab, praktik itu tidak memiliki manfaat baik secara sains maupun medis.
Di dalam institusi militer tersebut, calon anggota TNI perempuan diberitahu bahwa tes keperawanan dilakukan untuk "menjaga kewibaan dan kehormatan negara" serta membangun "stabilitas keluarga" bagi keluarga anggota TNI yang sering terpisah karena tugas.
Lalu, apa lagi mekanisme dalam hal tes kesehatan sebagai syarat masuk menjadi prajurit TNI?
Baca Juga: KSAD: Tak Ada Lagi Syarat 'Keperawanan' Calon TNI AD Perempuan
1. TNI AD hapus penilaian soal keutuhan selaput dara bagi calon prajurit perempuan
Sesuai dengan istilahnya, tes keperawanan dilakukan dengan cara memasukan dua jari ke dalam vagina calon prajurit untuk memeriksa apakah ada kerusakan pada selaput daranya. Bila ditemukan tidak dalam kondisi utuh, maka calon prajurit perempuan tidak lolos.
Pada 2018 lalu, Wakil Kepala Pusat Kesehatan TNI Adriani mengklaim, pihaknya memiliki pemahaman kerusakan selaput dara mana yang disebabkan olahraga atau ketidaksengajaan lain, dan mana yang dipicu karena hubungan seks.
Andika mengatakan, kini tim tidak lagi menjadikan poin tersebut sebagai penilaian. "Sekarang gak ada lagi penilaian apakah hymennya (selaput dara) utuh, atau rupture-nya sebagian, atau habis, karena memang tadi tujuan penyempurnaan tes itu fokus ke kesehatan," kata Andika.
Dengan begitu, bisa mencegah adanya insiden yang dapat memicu peristiwa kematian di saat sedang bertugas. "Karena kan begitu diterima mereka langsung melakukan latihan dasar militer dan masuk ke dinas-dinas di AD dengan segala macam tugasnya," tutur dia.
Selain itu, Andika juga ingin mencegah calon prajurit yang membawa penyakit menular. Sebab, selama bertugas di TNI, sering kali akan dilibatkan dalam kegiatan kelompok sehingga bisa membahayakan keselamatan prajurit lainnya.
Baca Juga: Heboh! Calon Bintara Ikut Seleksi TNI AD: Ingin Buat Mantan Menyesal