Survei SMRC: Kang Emil Bisa Memecah Dominasi Suara Prabowo di Jabar
Kang Emil sulit menang bila diajukan jadi capres
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Sosok Gubernur Ridwan Kamil ditarik masuk ke Partai Golkar untuk memecah dominasi perolehan suara Prabowo Subianto di Jawa Barat pada pemilu 2024. Hal itu terlihat dari data survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) bahwa elektabilitas Prabowo menurun di Jabar.
Dikutip dari data survei SMRC pada Desember 2021, dukungan terhadap pria yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan itu mencapai 34,5 persen. Sedangkan, suara bagi Ganjar 13,8 persen, Anies Baswedan 16 persen dan Ridwan Kamil 17,4 persen.
Ketika disurvei kembali satu tahun kemudian, dukungan terhadap Prabowo mulai melorot. Suara Prabowo menjadi 20,8 persen, Ganjar 16,1 persen, Anies 22,5 persen dan Ridwan Kamil 20,5 persen.
"Suara Anies, Prabowo dan Ridwan Kamil terlihat seimbang karena selisihnya tidak signifikan secara statistik. Ini mengindikasikan bahwa pemilih di Jabar terbelah," ungkap Saiful seperti dikutip dari YouTube SMRC pada Kamis, (26/1/2023).
Maka, tugas pria yang akrab disapa Kang Emil itu sebagai vote getter di Jabar berhasil berdasarkan data SMRC. Di sisi lain, hasil survei ini juga menggambarkan suara Kang Emil juga tidak dominan di Jabar.
"Bila Prabowo, Anies, Ganjar dan Ridwan maju, maka Ridwan Kamil tidak bisa menang meski di Jabar sekalipun. Tapi, Ridwan Kamil bisa menghambat suara Prabowo dan Anies di Jabar," tutur dia.
Lalu, bagaimana peluang Kang Emil seandainya ia diajukan sebagai calon wakil presiden di pemilu 2024?
Baca Juga: Kang Emil Diminta Tingkatkan Kemenangan Golkar di DKI, Jabar, Banten
Baca Juga: Peluang Kang Emil Diajukan Jadi Cawapres Airlangga, Ace: Dia Tahu Diri
1. Ridwan Kamil sulit menang bila diajukan sebagai capres dari Golkar
Lebih lanjut, Saiful menjelaskan dalam urusan pengajuan capres, Golkar termasuk partai yang rasional. Siapapun yang menjadi ketua umum pada akhirnya belum tentu ia yang akan didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai capres.
"Pada pemilu 2014 lalu, meski Aburizal Bakrie duduk sebagai ketum Golkar, dia tidak otomatis menjadi calon presiden. Walaupun Golkar adalah partai terbesar kedua setelah PDI Perjuangan," kata Saiful.
Seandainya, pria yang akrab disapa Ical itu maju sebagai capres, maka peluangnya untuk menang pun kecil. Oleh sebab itu, ia memutuskan tidak maju.
Begitu pula dengan Airlangga Hartarto di pemilu 2019 lalu. Pria yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Perekonomian itu memilih bergabung dengan koalisi dan mendukung Joko "Jokowi" Widodo. Itu semua dilakukan berdasarkan penghitungan rasional.
Editor’s picks
Pertanyaan yang kemudian muncul apakah bila Kang Emil yang diajukan sebagai capres maka ia berpeluang lebih besar untuk menang? Berdasarkan data SMRC, hal tersebut sulit dicapai.
Dalam survei SMRC yang dilakukan pada Desember 2022 lalu, ketika dilakukan simulasi terhadap 11 nama, Kang Emil berada di posisi keempat dengan 7,1 persen. "Posisi pertama ditempati Ganjar Pranowo dengan 27,3 persen, disusul Anies Baswedan 20 persen, dan Prabowo Subianto 19,8 persen," tutur dia.
Ia menggaris bawahi dengan data tersebut maka peluang Kang Emil menjadi capres masih berat. "Berdasarkan data ini, untuk menjadi calon (presiden) dari Golkar, (Ridwan Kamil) belum meyakinkan," ujarnya lagi.
Baca Juga: Ridwan Kamil Gabung Golkar Setelah Dilobi Setahun oleh Airlangga