Jokowi Vs WHO: Beda Tes Virus Corona di Indonesia, Mana yang Terbaik?
Presisi hasil rapid test hanya 70%, sedangkan PCR bisa 100%
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Pusat berencana menggalakkan rapid test sebagai langkah menanggulangi penyebaran virus corona jenis baru atau COVID-19. Apa yang membedakan dari tes sebelumnya adalah rapid test menggunakan darah sebagai spesimennya, bukan lagi tes swab yang mengambil jaringan sel dari hidung atau tenggorokan.
Menurut Presiden Republik Indonesia Joko “Jokowi” Widodo, rapid test dinilai efektif dan efisien untuk mengetahui apakah seseorang terjangkit virus corona atau tidak.
“Saya minta alat diperbanyak dan diperbanyak tempat-tempat untuk melakukan tes dan melibatkan rumah sakit, baik pemerintah, BUMN, Pemda, RS TNI, Polri, dan swasta, dan lembaga riset yang dapat rekomendasi Kemenkes,” kata Jokowi dalam rapat terbatas secara daring bersama Tim Gugus Tugas COVID-19, Kamis (19/3).
Untuk merealisasikan keinginan Jokowi, tidak tanggung-tanggung, BUMN telah memesan 500 ribu alat rapid test dari Tiongkok. Pemerintah berharap, alat rapid test ini bisa mengetahui apakah seseorang terjangkit virus corona dalam waktu 15-30 menit. Tidak seperti tes sebelumnya, RT-PCR atau PCR, yang bisa memakan waktu berhari-hari.
Baca Juga: Gunakan Rapid Test untuk COVID-19, Jokowi: Saya Minta Alat Diperbanyak
1. WHO merekomendasikan tes RT-PCR sebagai instrumen tes COVID-19
Keputusan ini menarik untuk dicermati karena World Health Organization (WHO) merekomendasikan tes RT-PCR sebagai instrumen deteksi COVID-19 dengan presisi paling tinggi, bukan Rapid Test. Penyebabnya adalah virus SARS-CoV-2 tidak hidup di darah, melainkan di saluran pernapasan.
Sementara itu, berdasarkan keterangan pers yang dirilis Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKLIn), penggunaan serum atau darah sebagai spesimen tes COVID-19 menempati urutan terbawah perihal tingkat kepercayaannya.
“Urutan tingkat kepercayaan (confidence level) untuk deteksi berbagai patogen dari yang tertinggi yaitu kultur, molekular (DNA atau RNA), antigen, dan yang terendah yaitu antibodi (IgM/IgG/IgA) anti-patogen tersebut. Untuk SARS-CoV-2, tentu confidence level tertinggi saat ini adalah pemeriksaan molekular yaitu real-time polymerase chain reaction/PCR dilanjutkan sequencing yang telah dilakukan di Balitbangkes Jakarta, disebabkan kultur virus SARS-CoV-2 saat ini belum dapat dilakukan,” demikian tertulis dalam rilis yang ditandatangani oleh Prof Aryati pada 19 Maret 2020.
Baca Juga: Pesanan Alat Rapid Test Virus Corona dari Tiongkok Sudah Tiba