Operasi Penyusupan Soeharto untuk Tumpas Belanda di Papua 

Presiden Sukarno umumkan Operasi Trikora di Yogyarkarta

Jakarta, IDN Times – Situasi di Papua kini sudah kondusif, setelah beberapa minggu terakhir memanas akibat demo anti rasialisme yang dipicu peristiwa di asrama mahasiswa papua di Surabaya, Jawa Timur.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto sebelumnya mengatakan, Papua berbeda dengan Timor Timur atau Timor Leste, sehingga tidak ada jalan bagi Papua atau Papua Barat untuk menggelar referendum.

Dia juga mengingatkan bahwa Papua pernah menggelar jajak pendapat, dan hasilnya masyarakat Papua ingin menjadi bagian dari NKRI.

"Sudah dilaksanakan satu jajak pendapat, didukung sebagian besar anggota PBB, hingga muncul resolusi yang sah, bahwa Papua dan Papua Barat sah sebagai bagian dari NKRI," kata Wiranto, Selasa (3/9) lalu.

Berdasarkan catatan sejarah, pemimpin Indonesia sudah memperjuangkan seluruh wilayah Papua sebagai bagian dari NKRI sejak awal negara ini merdeka. Presiden pertama RI, Sukarno, dan tokoh-tokoh pemimpin Indonesia berusaha membebaskan Papua, yang saat Indonesia baru merdeka sebagian wilayahnya masih dikuasai kolonial Belanda, dengan berbagai cara, tidak hanya secara diplomatik tapi juga dengan mengangkat senjata.    

Demi merebut wilayah Papua Barat dari tangan penjajah Belanda, Presiden Sukarno menggelar operasi Tri Komando Rakyat (Trikora). Pada 19 Desember 1961, Sukarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di alun-alun utara Yogyakarta. Sukarno juga membentuk Komando Mandala.

Baca Juga: Demi Papua, Sukarno dan Diplomat RI Sering Dilecehkan di PBB 

1. Sukarno: Batalkan negara Papua itu, kibarkan sang Merah Putih di Irian Barat

Operasi Penyusupan Soeharto untuk Tumpas Belanda di Papua Arsip Perpusnas

Dilansir dari berbagai sumber, saat mengumumkan pelaksanaan Trikora, ratusan ribu rakyat berbondong-bondong hadir di alun-alun utara Yogyakarta.

Dalam pidatonya, Sukarno dengan berapi-api menegaskan, Papua tidak boleh menjadi sebuah negara yang berdiri sendiri.

“Batalkan negara Papua itu, kibarkan sang Merah Putih di Irian Barat, gagalkan. Kibarkan bendera kita. Siap sedialah, akan datang mobilisasi umum. Mobilisasi umum bagi yang mengenai seluruh rakyat Indonesia untuk membebaskan Irian Barat sama sekali daripada cengkraman imperialis Belanda,” ujar Sukano.

Ada 3 isi Trikora:

1) Gagalkan negara boneka Papua,

2) Kibarkan bendera Merah Putih di Papua,

3) Bersiap untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Indonesia.

2. Membentuk Komando Mandala yang dipimpin Soeharto

Operasi Penyusupan Soeharto untuk Tumpas Belanda di Papua berkarya.id

Dalam pelaksanaan operasi Trikora, Sukarno membentuk Komando Mandala. Komando ini dipimpin oleh Mayor Jenderal Soeharto. Komando ini bertugas menggelar operasi penyusupan yang bertujuan mengetahui medan dan kekuatan yang dimiliki oleh lawan.

Operasi penyusupan yang dilakukan antara lain melalui kapal selam yang dinamakan Operasi Tjakra II yang dilaksanakan pada 15-26 Agustus 1962.

“Pelaksana komando itu adalah 'Komando Mandala Pembebasan Irian Barat', yang dipikulkan pada pundak saya,” ujar Soeharto dalam buku outobiografinya "Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya" yang ditulis Ramadhan K.H.

3. Mengerahkan tiga kapal selam dalam Operasi Tjakra II

Operasi Penyusupan Soeharto untuk Tumpas Belanda di Papua Personel Brimob berjaga di sekitar Asrama Mahasiswa Nayak Abepura di Kota Jayapura, Papua, pada 1 September 2019. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Dikutip dari historia.id,  pada 15-26 Agustus, Komando Mandala memulai penyusupan dengan menggelar Operasi Tjakra II. 

Dalam Operasi Tjakra ini II ini, Komando Mandala mengerahkan tiga kapal selam yaitu Nagarangsang, Trisula, dan Tjandrasa. Kapal ini dibeli di Uni Soviet dan tiba di Indonesia, tepatnya di Surabaya pada 1959.

Uni Soviet dipilih sebagai tempat Indonesia membeli kapal, karena pada saat itu Indonesia gagal melakukan pendekatan ke Amerika Serikat. Dalam operasi ini, ketiga kapal selam tersebut ditempatkan di lokasi berbeda-beda.

Baca Juga: Rudiantara: Ada 20 Negara Sebarkan Konten Hoaks Saat Rusuh di Papua 

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya