Begini Cara Millennials Turut Merawat Keberagaman

Jakarta, IDN Times - Keberagaman dan toleransi menjadi topik yang kerap diperbincangkan di tengah masyarakat Indonesia. Juga oleh generasi millenials. Memahami keberagaman dan menerapkan toleransi menjadi sangat diperlukan untuk memerangi radikalisme dan intoleransi yang dapat memecah kesatuan Indonesia.
Demikian salah satu simpulan yang bisa dipetik dari kegiatan “Bersama Merawat Keberagama(an)” ini merupakan kolaborasi antara Indika Foundation, Campaign, Toleransi.ID, SabangMerauke, dan Binus Internasional, Kamis (12/7).
Dilatarbelakangi karena kepedulian generasi millennials akan masih maraknya diskriminasi dan kekerasan teradap kelompok minoritas di Indonesia, millennials yang hadir dalam acara ini diajak untuk kembali merawat keberagaman yang ada.
Trivet Sembel sebagai salah satu pembicara dalam acara ini mengingatkan pentingnya keberagaan bagi Indonesia. “Keberagaman itu kayak bunga. Indah karena warnanya beda-beda. Akarnya cokelat, daunnya hijau, mahkotanya bisa banyak warna. Kalau bunga warnanya Cuma satu dari akar sampai mahkotanya, pasti bakal gak indah. Jadi indah itu ya karena beragam. Makanya keberagaman harus dijaga,” katanya.
1. Talkshow bicara tentang toleransi

Acara ini dihadiri oleh Duta Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Gloria Natapradja Hamel; pendiri Proud Project, Trivet Sembel; dan Indonesian Youth Conference, Alanda Kariza sebagai pembicara dalam sesi talkshow ini.
Ketiga pembicara akan bercerita tentang pandangan dan pengalaman mereka mengenai toleransi dan menerima keberagaman yang ada. Pada kesempatan ini, masing-masing narasumber bercerita pengalaman pribadinya dalam mengimplementasikan toleransi.
“Semua awalnya dari cinta. Mau perang karena cinta sama negara, jadi toleransi juga kita harus belajar mencintai perbedaan yang ada,” kata Gloria dalam sesi talkshow.
2. Ask me anything tentang 6 agama yang diakui di Indonesia

Pihak penyelenggara memfasilitasi sesi focus group discussion. Sesi ini diberi nama ask me anything. Pada sesi ini, dihadirkan enam millennials yang dijadikan fasilitator atau pembicara, yang berasal dari enam agama yang diakui di Indonesia, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.
Satu agama diwakili satu orang. Seluruh millennials yag hadir boleh bertanya kepada siapapun dari keenam orang tersebut mengenai hal-hal yang mereka ingin tahu seputar agama-agama di Indonesia.
Hal ini dilakukan dengan harapan millennials yang hadir dan turut serta semakin menjadi sosok yang terbuka dan dapat membanguntoleransi antar agama yang ada.
3. Open Space untuk berdiskusi tentang apa saja

Sesi yang terakhir sedikit berbeda. Para peserta diizinkan bebas untuk menentukan topik apapun yang menurutnya menarik untuk didiskusikan. Topik-topik yang beririsan atau dekat kaitannya kemudian disatukan menjadi satu kelompok besar.
Setiap orang berhak berpindah ke kelompok mana saja yang diinginkan jika memang memiliki keinginan untuk menocba berdiskusi tentang topik-topik lain.
Diharapkan millennials dapat semakin terbuka dan semakin memahami perbedaan padangan yang ada dan dapat menerima perbedaan tersebut dan merawatnya. Kegiatan ini seluruhnya diadakan di Auditorium Binus Inernasional FX Sudirman, Jakarta Pusat.