Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bisakah AI Membuat Manusia Menjadi Bodoh?

ilustrasi AI (Unsplash.com/Igor Omilaev)

Tak bisa dimungkiri, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) memang sudah merambah ke semua aspek pada zaman modern saat ini. Mulai dari dunia medis, film, musik, otomotif, gadget, bahkan AI kabarnya akan masuk ke kurikulum pendidikan. Bisa dikatakan kecerdasan buatan kini nyaris bisa ditemukan pada semua bidang. 

Selayaknya teknologi baru, kehadiran AI ini tentu akan membantu pekerjaan manusia menjadi lebih cepat untuk diselesaikan. Tugas-tugas berat yang biasanya butuh waktu berjam-jam, kini bisa rampung dalam hitungan menit jika menggunakan AI. Karena alasan inilah, banyak orang tergiur untuk rutin mengandalkan AI demi mendapatkan yang hasil instan.

Walau memudahkan, secara tidak sadar kebiasaan untuk menggunakan AI ini bisa membuat penggunanya menjadi malas dan tidak lagi berpikir kritis. Lantas, apakah AI membuat manusia menjadi bodoh? Artikel berikut ini akan mengupas dampak dari penggunaan AI serta menjawab pertanyaan; benarkah AI membuat manusia menjadi bodoh? Simak fakta lengkapnya di sini!

1. Terlalu bergantung pada teknologi bisa melemahkan otak

ilustrasi kepala dengan papan sirkuit (Unsplash.com/Steve Johnson)

Otak manusia akan terus beradaptasi dengan kebiasaan baru, termasuk saat menggunakan teknologi. Contohnya bisa dilihat dari penggunaan GPS seperti Google Maps. Sebuah studi pada tahun 2010 menunjukkan bahwa orang yang terlalu sering menggunakan GPS bisa mengalami penurunan ingatan spasial. Penelitian juga mengungkapkan, orang yang sering menggunakan GPS akan memiliki kemampuan yang buruk untuk mengenali arah dan lokasi secara alami ketika mereka berjalan tanpa penunjuk arah.

Dampak yang lebih kompleks juga bisa terjadi saat menggunakan teknologi yang lebih canggih seperti AI. Seorang profesor dari Portland, Amerika Serikat, bernama David Rafio menyayangkan mendapati tulisan mahasiswanya menjadi sangat jauh lebih baik tapi berkat bantuan AI. Setelah mendapati hal tersebut, David menyimpulkan kalau alatlah yang meningkat bukan keterampilan mereka sendiri.

AI mungkin bisa menyelesaikan berbagai jenis pekerjaan dengan cepat dan efisien, lewat mengatur informasi secara cepat melalui komunikasi tertulis. Tetapi, “kemampuan mental dan kognitif (daya pikir) kita seperti otot, sehingga perlu digunakan secara teratur agar tetap kuat dan energik,” ujar Rafio.

2. Berlebihan menggunakan AI diduga bisa bikin penurunan daya pikir

ilustrasi Artificial Intelligence (Unsplash.com/Growtika)

Menggunakan alat bantu seperti AI untuk membuat segalanya menjadi lebih mudah bisa menjadi godaan yang berat untuk tidak memakainya, yang mana dapat mengakibatkan kecanduan. Hal ini pun secara tidak langsung membuat manusia menyerahkan semua proses berpikir pada AI. Seorang ahli neurologi ternama, Ann McKee, pada podcast Diary of a CEO, mengatakan kalau tetap aktif secara mental dan terus terkendali adalah kebiasaan yang penting untuk mencegah demensia (kondisi penurunan kemampuan berpikir).

Lebih dari 50 persen orang yang hidup hingga usia 85 tahun memiliki penyakit Alzheimer (jenis demensia yang mempengaruhi daya ingat, cara berpikir, dan perilaku) dalam otak mereka, meskipun tidak semua menunjukkan gejala. Namun, gejala penyakit ini bisa dikurangi lewat berpikir secara aktif. Kemampuan kognitif yang tinggi akan memberikan kekuatan dan ketahanan otak terhadap penyakit ini. Bahkan, orang juga bisa tidak mengalami indikasi ini jika mereka memiliki cadangan daya pikir yang tinggi. 

3. Muncul fenomena disebut cognitive offloading karena terlalu mengandalkan AI

ilustrasi prosesor AI (Unsplash.com/Igor Omilaev)

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Societies menunjukkan bahwa ketergantungan yang meningkat pada AI menghasilkan fenomena yang disebut pelepasan kognitif (cognitive offloading). Pada dasarnya, hal ini adalah penggunaan alat, sumber daya, atau sistem eksternal tambahan untuk mengurangi upaya berlebih dalam mengerjakan suatu tugas.

Studi ini melibatkan lebih dari 666 peserta untuk melihat bagaimana AI dapat mempengaruhi keterampilan berpikir kritis mereka. Hasilnya, orang yang sering menggunakan AI lebih sering melepaskan tugas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan kepada teknologi. Seiring waktu, peserta yang sangat bergantung pada AI menunjukkan berkurangnya kemampuan dalam membuat kesimpulan yang dalam dan logis, dirangkum dari halaman The Forbes.

Contoh nyata akibat terlalu mengandalkan teknologi dalam pengambilan keputusan pernah terjadi saat Departemen Kepolisian Detroit, Amerika Serikat, yang melakukan salah tangkap pada seorang perempuan pada tahun 2023. Saat itu, polisi mendapati laporan pencurian mobil di suatu toko. Namun, karena hasil rekaman CCTV yang buruk, polisi tersebut kemudian meminta bantuan vendor pengenalan wajah disebut Data Works Plus, yang mana mereka menggunakan teknologi pencocokan wajah berbasis AI. Setelah ingin melakukan penangkapan dari hasil AI yang didapat, polisi tersebut kaget karena perempuan tersebut ternyata sedang hamil 8 bulan yang mana kondisi tersebut paling tidak mungkin untuk melakukan aksi kriminal, sebagaimana dikutip dari New York Times.

Kehadiran AI saat ini bukanlah sesuatu yang sepenuhnya buruk. Sebab, AI dapat membantu pekerjaan manusia menjadi lebih efisien dan efektif. Namun, masalah bisa timbul jika orang terlalu bergantung kepada AI sebagai pengganti kemampuan berpikir mereka. Jalan pintas yang ditawarkan AI membuat penggunaanya melewati pemikiran kritis yang perlu untuk mengembangkan kreativitas. Lama-kelamaan, bagian otak yang bertanggung jawab atas pemikiran kompleks bisa menjadi kurang aktif, bahkan tidak berkembang secara optimal. Bukan tidak mungkin, AI membuat manusia menjadi bodoh. Bagaimana menurutmu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us