Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Empat ekor Gajah Sumatra yang berada di Aek Nauli Elephant Conservation Camp, Simalungun, Sumatra Utara (IDN Times/Doni Hermawan)
Empat ekor Gajah Sumatra yang berada di Aek Nauli Elephant Conservation Camp, Simalungun, Sumatra Utara (IDN Times/Doni Hermawan)

Intinya sih...

  • Analisis medis dan tindakan preventif terhadap virus EEHV dilakukan di Riau

  • Diharapkan kerja sama dengan tim dokter gajah India dapat menyelamatkan populasi gajah Sumatra

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Kehutanan (Menhut), Raja Juli Antoni, memberi perhatian khusus setelah gajah Sumatra bernama Laila meninggal di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Sebanga, Bengkalis, Riau. Gajah betina berusia 1 tahun 6 bulan tersebut meninggal akibat infeksi Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV).

Mencegah hal serupa terjadi, Raja Juli meminta bantuan Fauna Land Indonesia untuk mendatangkan dokter gajah dari Vantara di India. Vantara adalah pusat penyelamatan, rehabilitasi, dan konservasi satwa liar raksasa di Jamnagar, Gujarat, India dengan salah satu Rumah Sakit Gajah terbesar di dunia.

“Saya sudah kontak teman di India bisa menemukan antivirus itu, tinggal studinya apakah cocok atau tidak dengan gajah kita. Cuma saat ini sudah ada progres. Mereka bahkan mau ngasih gratis jika cocok dengan gajah kita. Tinggal satu step riset lagi,” kata dia dalam keterangannya, Senin (22/12/2025).

1. Analisis medis dan melakukan tindakan preventif terhadap penyebaran virus EEHV

Laila, anak gajah di Pusat Konservasi Sebanga saat diperiksa oleh tim medis dokter hewan (IDN Times/ dok BBKSDA Riau)

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut, Satyawan Pudyatmoko, mengatakan, sesuai arahan Menhut tersebut, Fauna Land Indonesia bersama Tim Vantara India hadir di Riau melakukan analisis medis dan melakukan tindakan preventif terhadap penyebaran virus EEHV.

“Kita hari ini mengunjungi Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina di Balai Besar KSDAE Riau, bersama dengan tim dari Vantara dari India untuk bersama-sama mengevaluasi bersama-sama melihat kondisi gajah yang di captivity. Nah, karena kita tahu beberapa waktu lalu ada kejadian, misalnya anak gajah yang meninggal karena virus EEHV (Elephent Endotheliotropic Herpes Virus) yang itu akan kita cegah,” kata dia, Senin.

2. Diharapkan bisa selamatkan populasi gajah Sumatra

Tiga ekor gajah menyusuri sungai sambil membawa makanan menuju kandangnya di kawasan Tangkahan, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. (Mirza Baihaqie for IDN Times)

Menurut dia, pencegahan kematian gajah akibat infeksi EEHV memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, terutama dalam mendeteksi gejala sejak dini. Dengan adanya kerja sama ini, dia mengharapkan dapat menyelamatkan populasi gajah Sumatra yang bukan hanya terancam akibat kehilangan rumah ekosistem mereka, tapi juga ancaman EEHV.

“Sehingga untuk mencegah itu, kita perlu ada pengetahuan yang cukup. Perlu ada keterampilan yang cukup. Kita bekerjasama dengan mitra kita dari luar negeri untuk datang bersama-sama. Membuat peaceline data untuk Gajah yang ada di sini, lalu juga tentu capacity building untuk mahut (pawang gajah) ya,” jelasnya.

Meski kerja sama ini dimulai di Buluh Cina, upaya preventif nantinya juga akan menjangkau seluruh kantong gajah di Taman Nasional Tesso Nilo, Sebanga, Waykambas dan lokasi lainnya.

3. Tim dokter spesialis gajah dari India telah melakukan diagnosis awal

Dokter dari pusat penyelamatan, rehabilitasi, dan konservasi satwa liar raksasa Vantara saat berada di Riau (dok. Istimewa)

Sementara itu, CEO Fauna Land Indonesia, Danny Gunalen, mengatakan, pihaknya sebagai perwakilan Vantara di Indonesia, siap mendukung pemerintah dalam survei dan penanganan kesehatan gajah di TWA Buluh Cina.

Dia menambahkan, tim dokter spesialis gajah dari India telah melakukan diagnosis awal, mempelajari kondisi kesehatan serta kesejahteraan gajah di lokasi tersebut, terutama pascamerebaknya penyakit herpes.

“Mereka ada dokter-dokter ahli yang sekarang ini ikut mensurvei lokasi ini yang di mana beberapa waktu lalu terjadi outbreak penyakit Herpes, kami sudah melihat mendiagnosa, mempelajari kondisi dan wellfare Gajah ini dan kami akan melakukan langkah-langkah berikutnya, preventif measurement dari medis dan akan berkala ini. Kami terapkan supaya menghindari terjadi kematian lagi,” ujar dia.

Kolaborasi lintas negara ini diharapkan dapat memperkuat sistem perlindungan gajah di Indonesia. Sekaligus menjadi model penanganan kesehatan satwa liar yang lebih terukur, berbasis data, dan berorientasi pada pencegahan dini.

Editorial Team