Jakarta, IDN Times - Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri mengaku sedih lantaran urusan keamanan di Papua tidak juga rampung. Ia justru kerap mendengar prajurit TNI yang bertugas di Papua gugur karena diserang Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Terbaru, KKB mengklaim telah menewaskan tujuh personel TNI pada pekan lalu.
"Rasanya saya sedih. Lha, kok urusan Papua saja menurut saya gak selesai-selesai," ungkap Mega di Jakarta Utara pada Kamis (1/6/2023).
Perempuan yang juga putri Proklamator itu berbicara di samping Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Muhammad Ali. Lantaran, jumlah prajurit TNI yang gugur menghadapi KKB semakin meningkat, Mega mengaku bingung.
"Terus, saya sendiri bingung, lalu mikir sendiri karena saya bilang dulu saya pernah menjadi presiden. Saya tahu banget yang namanya, karena dulu saya pernah punya Panglima TNI, lalu saya lihat ini kenapa ya? Salahnya di mana ya," tutur dia.
Namun, Mega mengaku sadar posisinya saat ini sudah tidak bisa lagi memerintahkan Panglima TNI. Sebab, ia bukan lagi presiden.
Meski begitu, Mega mewanti-wanti Yudo bahwa tanda tanya soal situasi keamanan di Papua harus dijawab. Ia kemudian sempat menyinggung perjuangan heroik Komodor Yos Sudarso yang memimpin KRI Macan Tutul pada 1962 lalu.
Saat itu, meski kapal perang Indonesia tersebut berukuran lebih kecil namun ia berani menghalangi kapal induk Kerajaan Belanda, Karel Doorman. Yos Sudarso berani pasang badan agar dua KRI lainnya bisa melarikan diri.
Alhasil, KRI Macan Tutul kena tembak Kapal Induk Karel Doorman. Kapal buatan Jerman yang dibeli tahun 1960 itu pun terbakar dan karam. Yos Sudarso selaku komandan kapal ikut gugur.
"Bayangkan (kapal induk) Karel Doorman ukurannya gede lho. Jadi, bayangkan hanya dengan si kecil ini (KRI Macan Tutul), dihalangi. Ya, apa boleh buat, Beliau membaktikan diri bagi negeri ini," katanya.
Mega mengungkit perjuangan Yos Sudarso untuk membangkitkan semangat para prajurit TNI yang saat ini berhadapan melawan KKB. "So, maksud saya, adakah semangat itu? Masih kah semangat itu? Kenapa ya apakah karena merasa sudah merdeka, lalu mereka menata untuk hidup dengan nyaman," tutur dia lagi.