[UPDATE] Rekor, 127 Orang Meninggal Akibat Virus Corona Hari Ini

Dalam lima bulan sudah 4.143 pasien COVID-19 meninggal

Jakarta, IDN Times - Angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia per Minggu (19/7/2020) mencatatkan rekor terbanyak sejak beberapa pekan ini. Dalam satu hari ini terdapat 127 pasien meninggal dunia karena virus corona. Biasanya, jumlah rata-rata tak mencapai 100 orang yang meninggal selama beberapa pekan ini.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengungkapkan, ada 127 orang meninggal dunia, sehingga total pasien virus corona meninggal menjadi 4.143 orang.

"Ada tambahan 127 orang meninggal, selain itu kita juga temukan kasus konfirmasi positif 1.639, sehingga totalnya menjadi 86.521
konfirmasi positif," kata dia melalui streaming YouTube BNPB Indonesia, Minggu.

1. DKI Jakarta penyumbang kasus terbanyak

[UPDATE] Rekor, 127 Orang Meninggal Akibat Virus Corona Hari IniGubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (IDN Times/Aryodamar)

Yuri memaparkan dari kasus baru tersebut, DKI Jakarta melaporkan kasus baru sebanyak 313 dan sembuh 326, Jawa Tengah kasus baru 300 dan sembuh 420, dan Jawa Timur kasus baru 275 dan sembuh 474.

Lalu, Sulawesi Selatan melaporkan 158 kasus baru dan 519 sembuh, Kalimantan Selatan kasus baru 109 dengan sembuh 30, Kalimantan Tengah kasus baru 75 dan sembuh 74, serta Bali 55 kasus baru dan sembuh 119.

Baca Juga: [LINIMASA] Perkembangan Terbaru Vaksin COVID-19 di Dunia

2. Lima provinsi nihil kasus tambahan COVID-19

[UPDATE] Rekor, 127 Orang Meninggal Akibat Virus Corona Hari Iniilustrasi. Pasien sembuh dari COVID-19 ( ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Yuri juga menyebutkan ada 15 provinsi yang melaporkan penambahan kasus di bawah 10 kasus, dan lima provinsi tanpa penambahan kasus baru.

"Lima provinsi melaporkan tidak ada penambahan kasus baru sama sekali, di antaranya adalah Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Nusa Tenggara Timur," ucap dia.

3. Sebanyak 604.103 orang di dunia meninggal karena COVID-19

[UPDATE] Rekor, 127 Orang Meninggal Akibat Virus Corona Hari IniIDN Times/Candra Irawan

Sementara, catatan worldmeters.info per Minggu 19 Juli 2020 pukul 07.00 WIB, jumlah kasus COVID-19 di dunia kini mencapai 14.470.773 orang.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 9.190.211 kasus di antaranya berstatus closed cases atau sudah selesai. Sedangkan, sebanyak 5.217.562 kasus lainnya masih aktif.

Dari 9.190.211 closed cases, sebanyak 8.586.108 kasus di antaranya telah sembuh. Angka tersebut mencapai 92 persen dari closed cases. Sedangkan, sebanyak 604.103 kasus atau 8 persen lainnya meninggal dunia.

4. Gejala dan cara pencegahan virus corona

[UPDATE] Rekor, 127 Orang Meninggal Akibat Virus Corona Hari IniAntrean untuk tes asam nukleat di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, pada 16 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama Virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Tiongkok, pada akhir Desember 2019. Virus ini telah menyebar ke wilayah lain di Tiongkok dan ratusan negara, termasuk Indonesia.

Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Hingga saat ini belum ada obat atau vaksin yang mampu membunuh Virus Corona. Kendati, persentase kesembuhan COVID-19 cukup tinggi. Di beberapa negara seperti Vietnam angka kesembuhannya mencapai 100 persen. Bahkan, beberapa pakar kesehatan menyebut COVID-19 bisa sembuh sendiri jika imun penderitanya bagus. Sebaliknya, rata-rata angka kematian akibat corona berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per Selasa (17/3), sebesar 4,07 persen. Sementara di Indonesia, hingga Kamis (19/3) mencapai 8,37 persen.

Bagaimana gejala virus corona? Infeksi COVID-19 bisa menyebabkan penderitanya mengalami gejala flu, seperti demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan, dan sakit kepala atau gejala penyakit infeksi pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Tapi dalam beberapa kasus, pasien positif Corona tak menunjukkan gejala khusus.

Hari pertama, penderita virus corona mengalami demam atau suhu tinggi, nyeri otot, dan batuk kering. Sebagian kecil diare atau mual beberapa hari sebelumnya. Ada juga yang hilang penciuman. Hari kelima, penderita kesulitan bernapas, terutama penderita lansia atau mereka yang memiliki penyakit kronis.

Hari ketujuh, menurut penelitian Universitas Wuhan, gejala yang dialami penderita mulai semakin parah. Penderita biasanya perlu dirawat di rumah sakit. Hari kedelapan, penderita dengan kasus yang parah memperlihatkan sindrom gangguan pernapasan akut. Paru-parunya dipenuhi cairan dan kesulitan bernapas hingga menyebabkan gagal napas.

Hari ke-10, penderita dengan kasus ringan mengalami sakit perut dan kehilangan napsu makan. Hanya sebagian penderita yang meninggal dunia. Hari ke-17, rata-rata penderita sembuh dari virus corona dan keluar dari rumah sakit.

Bagaimana mencegah virus corona? Sering Mencuci tangan pakai sabun, gunakan masker bila batuk atau pilek, mengonsumsi gizi seimbang, hati-hati kontak dengan hewan, cukup istirahat dan olahraga, jangan konsumsi daging mentah, bila batuk, pilek, dan sesak segera ke fasilitas kesehatan.

Jika membutuhkan beberapa nomor telepon terkait virus corona, kamu bisa menghubungi beberapa nomor penting ini, yakni Hotline kemenkes (+62 812 1212 3119, 119 ext 9, (021) 521 0411), atau mengunjungi beberapa situs terkait virus corona antara lain kemkes.go.id, arcgis.org, jakarta.go.id, healthmap.org, jabarprov.go.id, cdc.gov, jhu.edu. Kamu juga bisa mengunjungi web resmi pemerintah daerah untuk mencari informasi terkait perkembangan virus corona di daerah kamu tinggal.

5. Penularan COVID-19 bisa melalui airborne

[UPDATE] Rekor, 127 Orang Meninggal Akibat Virus Corona Hari IniAnggota TNI AD bersama Satpol PP Kota Bogor mengatur arus lalu lintas di kawasan Pasar Anyar, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (18/5). (ANTARA FOTO/Arif)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis 9 Juli 2020 mengonfirmasi bahwa COVID-19 dapat menular melalui udara (airborne). Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa penyakit tersebut cepat menyebar ke seluruh dunia. 

Karena itu, pada hari yang sama, WHO merilis panduan baru mengenai penularan COVID-19 melalui situs resminya. Ada beberapa pembaharuan yang perlu kamu tahu.

Penularan utama COVID-19 tetaplah melalui kontak dengan pasien. Baik kontak langsung, tidak langsung, atau berada di dekat mereka. WHO menyatakan hal ini terjadi karena pasien COVID-19 mengeluarkan droplet dari saluran pernapasan ketika berbicara, batuk, bersin, atau menyanyi. 

Cairan dari pernapasan tersebut bisa dibagi menjadi dua macam, yakni respiratory droplet (berukuran lebih dari lima hingga sepuluh mikrometer) dan droplet nuclei atau aerosol (berukuran kurang dari lima mikrometer). 

Respiratory droplet dapat mengenai orang lain yang berada dalam radius satu meter dengan pasien. Ketika cairan itu mengenai mata, hidung, dan mulut, maka besar kemungkinan mereka tertular. Sementara, droplet nuclei atau aerosol ditularkan melalui udara.

Kita sering mendengar istilah airborne, apa artinya?WHO menyatakan transmisi airborne terjadi ketika virus disebarkan melalui droplet nuclei atau aerosol yang tetap bisa menular ketika dilepaskan ke udara. Selain itu, droplet nuclei bisa menggantung di udara dalam jarak dan waktu lama. 

Sebelumnya, WHO juga menyatakan transmisi ini dimungkinkan ketika kita berada di lingkungan rumah sakit. Sebab ada sejumlah prosedur medis yang menghasilkan aerosol. Namun lingkup tersebut kini membesar. 

Mengutip laporan WHO, ada beberapa studi yang dilakukan di rumah sakit untuk mengamati keberadaan virus di udara. Ternyata walaupun tidak ada prosedur medis yang melibatkan aerosol, RNA SARS-CoV-2 tetap ditemukan di udara. Namun ada pula studi yang menentangnya. 

Terdapat pula bukti bahwa aerosol juga diproduksi ketika kita berbicara dan batuk. Karena itu, walaupun studi mengenai sifat airborne dari COVID-19 masih terbatas, ada baiknya untuk tetap menerapkan pencegahan berbasis airborne. 

Penularan airborne utamanya terjadi di ruangan yang tertutup, ramai, dan tidak ada ventilasi yang memadai. Contohnya ruangan gym, restoran, ruangan dengan pendingin AC, dan lain sebagainya.

Sementara, Kepala Lembaga Biologi Molekuler EIjkman Prof Amin Soebandrio menyebutkan penyebaran COVID-19 melalui udara bukan penemuan baru. Dia sudah mencurigai sejak awal kemunculan COVID-19.

"Jika ada droplet (percikan ludah) kemudian ada aliran udara yang cukup kuat (COVID-19) bisa terbawa angin dan terbang karena volumenya jadi lebih kecil, relatif ringan karena kadar airnya berkurang," ujar dia saat dihubungi IDN Times, Selasa 7 Juli 2020.

Amin menerangkan COVID-19 bisa keluar bersama droplet yang dihasilkan ketika bersin atau batuk. Droplet yang menempel pada benda-benda yang tersentuh orang lain, bisa menularkan virus corona.

Namun, sebagian virus corona menyebar lewat udara (airborne) saat droplet berubah menjadi partikel yang lebih kecil dan mudah menyebar di udara.

"Sebagian besar memang menular melalui droplet, tapi dalam situasi tertentu bisa. Seperti di rumah sakit saat dilakukan prosedur pemasangan ventilator, penghisapan lendir, atau terapi nebulizer," jelas Amin.

Baca Juga: [LINIMASA-3] Perkembangan Terkini Pandemik COVID-19 di Indonesia

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya