Was-Was Kasus Monkeypox Meledak Gegara Vaksin Terbatas

Pemerintah harus gencarkan tracing berlapis di masyarakat

Jakarta, IDN Times –Kasus cacar monyet (Monkeypox) kembali bermunculan sejak pertengahan Oktober 2023, setelah dideteksi pertama kali pada 20 Agustus 2022.

Kementerian Kesehatan melaporkan, sampai 31 Oktober 2023 sudah ada 27 kasus. Sebarannya ada di Bandung satu kasus, Tangerang Selatan dua kasus, Kabupaten Tangerang dua kasus, dan satu kasus di Kota Tangerang. Sisanya di Jakarta.

Kemenkes mengakui bahwa vaksin cacar monyet terbatas, itu pun merupakan stok vaksin yang dipesan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dari Denmark tahun lalu. Dari 2 ribu dosis, saat ini stok vaksin cacar monyet hanya seribu dosis.

“Stok vaksin saat ini baru tersedia seribu dosis untuk jumlah sasaran 477 orang dengan pemberian 2 dosis dengan rentang 4 minggu,” ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, saat konferensi pers pada Kamis (26/10/2023).

1. Dinkes DKI target vaksinasi 495 orang

Was-Was Kasus Monkeypox Meledak Gegara Vaksin Terbatasilustrasi monkeypox atau cacar monyet (IDN Times/Aditya Pratama)

Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, mengatakan bahwa sebagai upaya preventif, vaksinasi mulai dilakukan untuk 500 orang kelompok berisiko di Jakarta selama seminggu ke depan.

"Total penerima vaksinasi ada 251 orang dari target 495 orang," katanya.

Selain pemberian vaksin, Dinkes DKI juga melakukan investigasi 1x24 jam termasuk melakukan penelusuran kontak erat atau tracing untuk menekan penyebaran kasus.

Pihaknya juga menyiapkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di DKI Jakarta dan Rumah Sakit (RS) Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, sebagai rumah sakit rujukan bagi pasien terkonfirmasi Monkeypox untuk melakukan perawatan lebih lanjut.

“Apabila pasien Monkeypox dinyatakan sembuh oleh dokter, maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan follow up PCR atau pemantauan khusus. Selanjutnya pasien dapat beraktivitas seperti semula,” imbuh Ani.

Baca Juga: 5 Perbedaan Cacar Monyet dan Cacar Air, Jangan sampai Tertukar!

2. Semua pasien monkeypox laki-laki, ada yang mengidap HIV

Was-Was Kasus Monkeypox Meledak Gegara Vaksin TerbatasIlustrasi: Petugas melakukan tes HIV pada darah seorang warga saat pemeriksaan HIV secara gratis di halaman Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (30/11/2019). (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Selain memberikan vaksin dan gencarkan tracing, Kemenkes akan bekerja sama dengan komunitas atau relawan untuk menjangkau kelompok-kelompok tertentu agar bisa melakukan deteksi, terutama mencari kontak erat. 

Maxi mengtakan, semua pasien konfirmasi adalah laki-laki dan tertular melalui perilaku seks berisiko. Diketahui, 12 kasus merupakan laki-laki seks dengan sejenis, 1 biseksual, dan 1 heteroseksual.

Kondisi penyakit penyerta dari 14 pasien itu, 12 di antaranya ODHIV dan di samping itu ada 5 pasien dengan penyakit Sifilis.

3. Gejala monkeypox

Was-Was Kasus Monkeypox Meledak Gegara Vaksin TerbatasIlustrasi orang yang terkena cacar monyet ( www.freepik.com )

Maxi menerangkan, gejala paling banyak yang dialami pasien adalah lesi pada kulit (ruam merah, krusta, bernanah) disertai demam atau ada pembengkakan kelenjar, terutama di bagian paha. Sakit menelan, nyeri tenggorokan, sakit otot, menggigil, badan sakit, kelelahan, mual, bahkan ada yang sampai diare.

“Ini gejala-gejala yang umumnya ada pada penderita Mpox. Tapi yang spesifik untuk membedakan Mpox dengan cacar air adalah adanya limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening,” ucap Maxi.

Baca Juga: Pernah Kena Cacar Air, Bisakah Terinfeksi Cacar Monyet?

4. Monkeypox terus meluas saat deteksi gagal

Was-Was Kasus Monkeypox Meledak Gegara Vaksin TerbatasEpidemiolog Griffith University, Dicky Budiman (dok. Dicky Budiman)

Epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, mengatakan penyakit menular pada kelompok tetutup seperti lesbi, gays, seks bebas yang sering ganti pasangan, cenderung memiliki pola gunung es.

Selain itu, penularannya juga secara silent, apalagi variasi Monkeypox ini luas tidak serta merta bergejala berat. Ada yang ringan tetapi bisa menularkan.

"Kalau gagal deteksi dan melakukan pelacakan termasuk vaksinasi pada kontak erat maka Monkeypox akan terus terjadi, ini yang terjadi di Indonesia," ujar Dicky saat dihubungi IDN Times, Kamis (2/11/2023),

Untuk itu, pemerintah sebaiknya melakukan tracing secara pro aktif, massif dan progresif setidaknya dua lapis kontak erat untuk kurangi risiko. Selain itu, memperkuat pemahaman tenaga kesehatan dan melibatkan Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memberikan layanan pada kelompok tertutup dan rawan kelompok rawan seperti HIV, AIDS.

Dicky menambahkan, upaya ini juga harus diikuti dengan komunikasi risiko, sehingga menurunkan stigma juga membangun kewaspadan terhadap perilaku seks, termasuk keinginan untuk memeriksaan diri.

5. Kasus Monkeypox di dunia sampai 91.123 kasus

Was-Was Kasus Monkeypox Meledak Gegara Vaksin Terbatasilustrasi monkeypox (IDN Times/Aditya Pratama)

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan cacar monyet kini penamaannya oleh WHO disebut sebagai Mpox, tidak lagi sebagai monkeypox, karena tidak selalu berhubungan dengan monyet.

Tjandra menerangkan, risiko terkena Mpox tidak hanya terbatas pada mereka yang aktif secara seksual, atau biseksual atau lelaki seks dengan lelaki (LSL), termasuk juga mereka yang melakukan seks dengan berbagai partner (multiple sex).

"Tetapi, pada dasarnya siapa saja yang ada kontak langsung dengan pasien Mpox dan atau bahan tercemar maka sebenarnya dapat saja punya risiko tertular, ini yang perlu disadari masyarakat luas," ujarnya dalam pesan yang diterima IDN Times.

Tjandra mengatakan, berdasarkan data dari WHO per 20 Oktober 2023, ada 91.123 kasus Mpox di dunia. Sebagian besar atau sebanyak 81,9 persen ada di 10 negara dengan kasus terbesar, tertinggi di Amerika Serikat yakni 30.636 ribu kasus. Di urutan ke 10 adalah China yang jadi satu-satunya negara Asia dengan 10 kasus terbanyak dunia, dengan 1.799 kasus.

"Berdasarkan data WHO menyebutkan bahwa 96 persen kasus dunia adalah laki-laki. Di dunia umur rata-rata kasus (median) adalah 34 tahun, lebih dari 80 persen penularan terjadi melalui hubungan seks, serta 52,7 persen kasus adalah mereka dengan HIV," kata

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini menerangkan, lebih 90 ribu kasus dunia sejauh ini, maka tercatat 153 kematian, yang artinya angka kematian atau case fatality rate jauh di bawah 1 persen.

6. Langkah pencegahan Monkeypox

Was-Was Kasus Monkeypox Meledak Gegara Vaksin TerbatasInfografis cacar monyet. Dok IDN Times.

Tjandra membeberkan secara umum ada sembilan langkah pencegahan cacar monyet. Pertama, kenali tanda dan gejala penyakit ini, yang pada dasarnya adalah kelainan di kulit seperti ruam, vesikel, keropeng, semacam bisul, pembesaran kelenjar getah bening, demam, sakit kepala, nyeri otot dan berbagai keluhan lainnya.

Kedua, kenali kontak penularanya yaitu kontak langsung dengan lesi yang ada di pasien dan mungkin juga bahan yang tercemar, serta hubungan seksual dengan pasien.

Ketiga,  jangan melakukan kontak langsung, termasuk jangan melakukan hubungan seks dengan pasien dan mereka yang terduga sampai ada kepastian bahwa dia sakit Mpox atau tidak.

Keempat, selalu mencuci tangan secara berkala dengan sabun dan air mengalir, suatu kebiasaan kesehatan baik yang sudah kita mulai pada saat COVID-19 dan memang dapat mencegah penularan banyak penyakit.

Kelima, untuk seseorang yang menduga dirinya terkena Mpox (atau punya gejala-gejala yang sejalan dengan kemungkinan cacar monyet ini) maka segera memeriksakan diri. Sebelum ada kepastian diagnosis, maka perlu mengisolasi diri terhadap kontak dengan orang lain.

Keenam, jika terbukti terdiagnosis Mpox, maka jelas harus melakukan isolasi diri sampai kelainan kulitnya sepenuhnya hilang dan sudah tergantikan dengan kulit baru yang sembuh. Pasien juga harus mengikuti anjuran petugas kesehatan setempat. Laman WHO juga menyebutkan bahwa pasien Mpox perlu menggunakan kondom bila berhubungan sex, sejak dinyatakan sembuh sampai 12 minggu kemudian.

Ketujuh, selalu mendapatkan informasi benar dari sumber yang jelas, baik aparat kesehatan nasional dan internasional atau media massa resmi.

Kedelapan, pada kelompok risiko tinggi maka dapat dilakukan vaksinasi, dan ini yang baik dilakukan dan diperluas di Indonesia

Kesembilan, pada negara-negara yang masih ada penularan Mpox dari monyet (di Indonesia sejauh ini tidak ada laporan penularan dari monyet), maka masyarakat harus melindungi diri terhadap monyet liar, khususnya hewan yang sakit atau mati.

Baca Juga: Penyebab Kasus Monkeypox Bertambah di Indonesia

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya