Antisipasi Gempa Megathrust, BMKG Ingin Bangun InaTEWS Baru di Bali

InaTEWS BMKG di Jakarta tidak disiapkan tahan gempa

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan alasan perlunya pembangunan Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami (Indonesia Tsunami Early Warning System-InaTEWS) di Bali, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR RI, Senayan, Kamis, 14 Maret 2024.

Dalam rapat tersebut, ia juga membantah narasi dalam video viral TikTok yang menyebutkan Jakarta mengalami kelumpuhan akibat gempa megathrust. Menurutnya, video tersebut diedit orang yang tidak bertanggungjawab, sehingga dapat dimaknai berbeda dan membuat masyarakat resah. 

Baca Juga: BMKG Prediksi Musim Kemarau 2024 Mundur, Puncaknya Juli dan Agustus

1. Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami cadangan sebagai antisipasi jika gempa megathrust lumpuhkan Jakarta

Antisipasi Gempa Megathrust, BMKG Ingin Bangun InaTEWS Baru di BaliPotret keindahan Pulau Bali (unsplash.com/Available for hire)

Dwikorita menjelaskan, seandainya gempa megathrust terjadi di Jakarta, gedung InaTews yang sekarang di Kemayoran, Jakarta Pusat. Jaringan komunikasi BMKG seperti infrastruktur Base Transceiver Station (BTS) bisa lumpuh, rusak, dan terputus.

Hal inilah yang coba diantisipasi BMKG dengan membangunan Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami (Indonesia Tsunami Early Warning System-InaTEWS) di Bali, sebagai fungsi cadangan.

“Gedung operasional cadangan yang ada di Denpasar perlu disiapkan dengan desain khusus tahan gempa. Gedung di Bali sebagai backup jika sewaktu-waktu InaTEWS yang di Jakarta benar-benar mengalami kelumpuhan,” kata dia.

2. Gedung operasional BMKG di Kemayoran tidak tahan gempa, dan bekas gedung Bandara Kemayoran

Antisipasi Gempa Megathrust, BMKG Ingin Bangun InaTEWS Baru di BaliGedung InaTEWS BMKG di Kemayoran Jakarta

Keberadaan gedung InaTEWS di Bali ini sebagai bagian dari mitigasi dan manajemen risiko dalam kondisi darurat, apabila sewaktu-waktu operasional InaTEWS di Kemayoran Jakarta mengalami kelumpuhan. Hal ini didasarkan pada skenario terburuk, yaitu jika gempa terjadi di lepas pantai Samudra Hindia pada jarak kurang lebih dari 250 kilometer dari tepi pantai.

Selain itu, menurut Dwikorita, gempa megathrust berkekuatan magnitudo 8,7 diperkirakan dampaknya mampu melumpuhkan operasional InaTEWS BMKG di Jakarta, dan mungkin merobohkan gedung operasional lama yang tidak disiapkan tahan gempa dan likuefaksi.

“Maka sebagai upaya Manajemen Risiko demi keberlanjutan operasional sistem peringatan dini, Gedung Operasional InaTEWS yang lama perlu dibangun kembali dengan standar bangunan tahan gempa dan tahan likuifaksi. Bangunan yang saat ini ditempati merupakan bekas Gedung Bandara Kemayoran yang dibangun pada 1980-an,” ujarnya.

Baca Juga: BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem, Apa Itu Bibit Siklon 91S?

3. BMKG berharap masyarakat lebih jeli terhadap informasi di media sosial

Antisipasi Gempa Megathrust, BMKG Ingin Bangun InaTEWS Baru di BaliPexels.com/Pixabay

Dwikorita berharap penjelasan ini dapat meredakan kekhawatiran masyarakat akibat beredarnya potongan video TikTok tersebut, dengan narasi yang tidak sesuai konten dan konteksnya.

Karenanya, Dwikorita berharap masyarakat lebih jeli dan hati-hati, tidak menelan mentah-mentah isu atau kabar yang bersumber dari media sosial.

“Pastikan informasi yang diperoleh hanya dari BMKG. Karena hanya BMKG lah satu-satunya lembaga pemerintah yang diberi kewenangan dan tugas di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika,” jelas Dwikorita.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya