Matching Fund Kemendikbudristek Jodohkan Penelitian Unri dengan Mitra

Matching fund perlu diikuti dengan ekosistem hirilisasi

Jakarta, IDN Times - Program matching fund Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) berhasil menjodohkan penelitian dosen Universitas Riau (Unri) dengan keburuhan mitra industri.

Wakil Rektor Empat Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Sistem Informasi Universitas Riau (Unri), Sofyan Husein Siregar, mengatakan, matching fund sangat membantu optimalisasi riset di kampus.

"Program matching fund ini sangat bermanfaat, khususnya bagi kegiatan riset yang sangat produktif. Program ini juga menjadi ajang yang mewadahi kebutuhan riset dosen-dosen kami," kata Sofyan saat audiensi press tour Kemendikbudristek di Universitas Riau, Selasa (4/4/2023).

Menurutnya, matching fund adalah bentuk nyata dukungan dari Kemdikbudristek agar terciptanya kolaborasi dan sinergi strategis. Khususnya bagi insan perguruan tinggi dengan mitra.

"Dahulu dosen hanya sekedar nulis dan melakukan penelitian, kemudian hasilnya disimpan di lemari. Namun dengan matching fund, penelitian tersebut bisa digerakkan bahkan hasilnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat," imbuhnya.

Baca Juga: Kemendikbudristek dan 6 Hotel Investasi Rp3,2 M ke SMKN 3 Pekanbaru

1. Unri rencanakan 4 project matching fund pada 2023

Matching Fund Kemendikbudristek Jodohkan Penelitian Unri dengan MitraAudiensi Kemendikbudristek bersama Kampus Unri, Riau, Selasa (4/4/2023). (IDN TImes/Irfan Fathurohman)

Selama 2023, Unri telah membuat empat project matching fund pada 2023, saat ini project tersebut sedang di-review.

"Semoga bisa lolos pendanaannya. Sebagai catatan, tiap tahunnya terus terjadi peningkatkan dalam pengajuan proposal riset," kata Sofyan.

Namun demikian, dia mengakui kerap menemui permasalahan dalam implementasi riset di kampusnya.

“Tahun sebelumnya di Unri hasil-hasil riset belum terhilirisasi, jadi mitra mau B tapi hasil risetnya A," ujarnya.

"Tapi dengan matching fund semua itu terselesaikan, buktinya untuk riset di Unri berdasarkan kebutuhan mitra. Ini bisa menjembatani antara produk yang dihasilkan oleh dosen bisa terhilirisasi dengan dunia usaha dan industri (Dudi)," imbuhnya.

Baca Juga: Tingkatan Mutu Pendidikan, Kemendikbudristek Gaungkan Program MBKM

2. Matching fund perlu diikuti dengan membangun ekosistem agar terhilirisasi

Matching Fund Kemendikbudristek Jodohkan Penelitian Unri dengan MitraWakil Rektor Empat Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Sistem Informasi Universitas Riau (Unri) Sofyan Husein Siregar. (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Sementara itu, Dosen Teknik Kimia Fakultas Teknik Unri, Padil, mengatakan, minat dosen untuk melakukan penelitian cukup tinggi. Namun sayang, masih belum dilirik industri besar.

"Mungkin kurang secara ekspos, jadi banyak riset bagus di sini. Tapi tinggal bagaimana membangun ekosistem supaya bisa terhilirisasi," kata Padli.

"Hal ini supaya bisa bermitra dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) yang bermanfaat bagi masyarakat. Tidak hanya diakui di laboratorium saja, tapi dunia industri seharusnya juga dapat meliriknya," katanya.

Baca Juga: Nadiem Hapus Tes Calistung, P2G Minta Kemendikbud Atur Sanksi  

3. Dosen Unri ciptakan solusi replanting kebun sawit

Matching Fund Kemendikbudristek Jodohkan Penelitian Unri dengan MitraDosen Teknik Kimia Fakultas Teknik Unri, Padil usai audiensi bersama Kemendikbudristek di Kampus Unri, Riau, Selasa (4/4/2023). (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Padil sendiri merupakan penerima matching fund 2021. Dia menceritakan, skema pendanaan setiap tahunnya memiliki perbedaan.

Padil mendapat dana penelitian dari Kemendibudristek sebesar Rp350 juta ditambah dari mitra industri sebesar Rp600 juta-Rp700 juta setahunnya.

Uang itu, lanjutnya, digunakannya untuk mengatasi masalah replanting atau penanaman kembali batang sawit dari perkebunan sawit masyarakat di Kabupaten Pelalawan, Riau. 

"Jadi replanting sangat penting agar lahan sawit tetap produktif, karena pohon kelapa sawit harus peremajaan jika usianya sekitar 25-30 tahun. Namun, ketika dilakukan peremajaan, batang pohon sawit yang ditebang menjadi sampah begitu saja dan masyarakat kehilangan penghasilan," katanya.

“Maka, kami berpikir gimana penghasilan mereka nanti. Kalau ditanam kembali, butuh waktu 3 tahun baru bisa dipanen, maka muncul ide ada usaha baru bagi mereka untuk tiga tahun ke depan," ujarnya.

Adapun usaha yang dibuat untuk membantu masyarakat yang kehilangan penghasilan. Salah satunya dengan beternak ayam petelur. 

“Selama ini ayam di Riau didatangkan dari Sumatra Barat, belum ada produksi di Riau karena cuacanya panas. Oleh karena itu, kita bisa kembangkan ayam petelur, ini unit usaha baru dimunculkan dan berkembang,” ucapnya.

Baca Juga: Kemendikbud Batalkan 3.043 Formasi PPPK, P2G Pertanyakan Nasib Guru

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya