Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Perempuan Kerap Jadi Korban Kekerasan, Ini Tiga Faktornya

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi dalam acara Rapat Koordinasi Pengembangan Ruang Bersama Indonesia (RBI), di kantornya, Senin (28/4/2025) (Youtube/KemenPPPA RI)
Intinya sih...
  • Menteri PPPA Arifah Fauzi mengungkapkan tiga faktor utama penyebab tingginya kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia
  • Faktor pertama adalah perubahan pola asuh dalam keluarga, terutama terkait dengan penggunaan gadget dan media sosial
  • Faktor kedua adalah penggunaan gadget yang tidak bijaksana, banyak kasus kekerasan bermula dari pembelajaran negatif melalui media sosial dan telepon genggam

Jakarta, IDN Times - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi mengungkapkan tiga faktor utama penyebab masih tingginya kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia. Temuan ini disampaikan usai melakukan kunjungan ke sejumlah daerah setelah menjabat menjadi Menteri. Menurut Arifah, faktor pertama adalah perubahan pola asuh dalam keluarga.

"Pola asuh orang-orang tua kita dengan pola asuh keluarga saat ini jauh berbeda. Karena tantangan yang luar biasa yang saat ini dihadapi seperti gadget, medsos, dan lain sebagainya," ujarnya dalam acara Rapat Koordinasi Pengembangan Ruang Bersama Indonesia, di Jakarta, Senin (28/4/25).

1. Penggunaan gadget yang negatif

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi dalam acara Rapat Koordinasi Pengembangan Ruang Bersama Indonesia (RBI), di kantornya, Senin (28/4/2025) (Youtube/KemenPPPA RI)

Faktor kedua adalah penggunaan gadget yang tidak bijaksana. Ia menyebutkan bahwa banyak kasus kekerasan bermula dari pembelajaran negatif melalui media sosial dan telepon genggam.

"Kekerasan mereka ternyata belajarnya dari medsos, dari HP yang mereka belajar bersama-sama," jelasnya.

2. Pengaruh lingkungan

ilustrasi kekerasan seksual (IDN Times/Aditya Pratama)

Faktor ketiga, lanjut Arifah, adalah pengaruh lingkungan masyarakat. Dia mencontohkan pengalaman saat berdialog dengan pihak yang ada di daerah. Seorang kepala daerah mengatakan,

"Ibu Menteri, kenapa sih kasus ini kok sampai viral? Padahal di desa kami gak ada masalah, baik-baik saja, tentram-tentram saja, tidak ada gejolak."

Arifah menanggapi dengan pertanyaan itu. Menurut dia masyarakat di sana sakit. Pasalnya dalam kasus yang ada di daerah tersebut ada kakak beradik yang mengalami kekerasan seksual dua tahun yang lalu, tidak ada solusi yang sesuai dengan peraturan yang kita sepakati bersama.

3. Perempuan dan anak yang lagi-lagi jadi korban

(Menteri PPPA Arifah Fauzi ditemui di gedung KemenPPPA, Jakarta Pusat, Senin (21/4/2025) (IDN Times/Lia Hutasoit)

Dari kasus yang ada juga, korban kekerasan yang hamil lalu melahirkan dinikahkan dengan orang yang ternyata bukan ayah dari bayinya. Sehingga saat bayi berusia delapan bulan, ibu sang lelaki mengembalikan korban pada orang tuanya. Hal ini menyebabkan perempuan dan anak kembali berulang menjadi korban.

"Siapa yang jadi korban di sini? Perempuan lagi dan anak lagi yang menjadi korban," kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lia Hutasoit
Dwi Agustiar
Lia Hutasoit
EditorLia Hutasoit
Follow Us