Ilustrasi kirab budaya.(Dok.Istimewa)
Sementara Siami merupakan satu-satunya penenun kain Wastra Using tradisional yang masih bertahan di Banyuwangi. Siami menerima penghargaan AKI untuk kategori Pelestari. Kiprah Siami dianggap turut menjaga keberlanjutan tenunan khas Osing. Bagi Siami, penghargaan ini sekaligus pengakuan terhadap berbagai upayanya dalam melestarikan teknik tenun kuno yang sudah jarang dikerjakan di Banyuwangi.
Sementara Senari adalah penyalin Kitab Lontar Yusuf, kitab kuno yang tertulis dengan aksara pegon dan berisi tentang kisah Nabi Yusuf. Ia juga menerima penghargaan untuk kategori Pelestari. Warga suku Osing akrab dengan pembacaan kitab tersebut karena dianggap memiliki ajaran dan kisah spiritual yang kuat. Mereka rutin menggelar kegiatan mocoan Lontar Yusuf yang telah berlangsung secara turun-temurun.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengaku bangga tiga maestro di Banyuwangi mendapat penghargaan tersebut. Penghargaan AKI, kata dia, merupakan bentuk pengakuan bagi para pelestari kesenian dan budaya yang selama ini berjuang dalam merawat kekayaan di Banyuwangi.
"Selamat kepada Bu Temu Misti, Bu Siami, dan Pak Senari yang telah mengharumkan nama Banyuwangi. Kami sangat bangga dengan para maestro yang hingga saat ini masih menjaga dan melestarikan kebudayaan yang ada di Banyuwangi," kata Ipuk.