Meski begitu, epidemiolog dari Universitas Griffith, Brisbane, Australia, Dicky Budiman menilai kerumunan yang terjadi di NTT tak bisa dibenarkan. Apalagi fasilitas kesehatan di NTT masih terbatas.
"Pandemik di Indonesia ini kan masih belum terkendali dan NTT bisa jadi potensi (penularan besar) berikutnya. Apalagi, Indonesia ini kan negara kepulauan, pandemiknya malah tidak selesai-selesai karena pola penularannya silih berganti. Semakin lama pandemik ada di Indonesia," ujar Dicky ketika dihubungi IDN Times, Selasa, 23 Februari 2021.
Dia menilai, seharusnya sebelum Jokowi tiba di NTT, sudah diantisipasi bila terjadi kerumunan warga. Di sisi lain, warga di daerah pasti semangat bila tahu ada pemimpin negara yang berkunjung, apalagi bila membagikan suvenir.
"Tapi menjadi kewajiban pemerintah pusat dan daerah untuk mengkoordinasikan dan mengamankan prokes itu," tutur dia lagi.
Dicky mengatakan seharusnya Jokowi mengingatkan anak buahnya, pandemik COVID-19 di Indonesia belum selesai. Bahkan, kasus harian dan kematiannya masih tergolong tinggi.
"Kalau mau memberikan bantuan, maka berikan saja secara langsung melalui jalur di dinas sosial atau bisa juga lewat perwakilannya yang diundang, sehingga jumlahnya tidak banyak," ungkap pria yang kini sedang menyelesaikan studi doktornya itu.
Dalam menyelesaikan pandemik, kata dia, dibutuhkan teladan dan contoh dari para pemimpin negara. Termasuk, ketika menyampaikan sesuatu, maka ditepati.
"Harus dihindari kegiatan seperti ini (yang menimbulkan kerumunan), baik itu di level pejabat pusat atau daerah. Hingga situasi wabah di Indonesia dianggap terkendali," tutur dia.
Dicky juga mengingatkan meski Jokowi sudah menerima dua dosis suntikan vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech, bukan berarti kebal terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh virus Sars-CoV-2 itu. Protokol kesehatan termasuk menghindari kerumunan tetap harus dilakukan.
"Ini kan juga berbahaya buat Presiden (berkerumun). Kan kita seharusnya melindungi Presiden (dari kemungkinan terpapar COVID-19)," ungkap Dicky.
Kunjungan Jokowi ke NTT, diapresiasi Dicky. Tapi, sebaiknya Presiden juga memberikan contoh kepada pemerintah setempat dan masyarakat, saat ini Indonesia masih dalam kondisi prihatin.
Merujuk kepada data yang dirilis oleh Satgas Penanganan COVID-19 mengenai kondisi pandemik di NTT, angka harian per 23 Februari 2021 lalu sudah mencapai 8.391 kasus positif. Sebanyak 6.040 individu berhasil sembuh dan 223 orang meninggal dunia.