Jemaah haji obesitas asal Balikpapan Ida Higyawati Natief Paelan saat tiba di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi, Rabu, 28 Mei 2025. (Media Center Haji)
Rabu malam, 28 Mei 2025, di ruang tunggu kedatangan Bandara King Abdulaziz, suasana tampak sibuk dengan kedatangan jemaah haji dari berbagai negara. Di antara rombongan asal Indonesia, tampak sosok Ida Higyawati Natief Paelan, seorang jemaah haji asal Kota Balikpapan yang hadir dengan senyum penuh syukur.
Tahun ini menjadi momen istimewa bagi Ida dan anaknya, Reza Kanino Suprapto. Awalnya dijadwalkan berangkat haji pada 2026, namun takdir berkata lain. Mereka mendapat kesempatan lebih awal sebagai jemaah cadangan.
“Alhamdulillah, ibu semangat. Apalagi seharusnya kami dijadwalkan tahun 2026, tapi alhamdulillah bisa berangkat tahun ini sebagai cadangan,” ujar Reza yang menggantikan porsi haji almarhum ayahnya.
Reza juga bersemangat mendampingi ibunya menunaikan ibadah haji tahun ini.
“Tentunya amanah dari bapak untuk bantu ibu berhaji,” katanya.
Reza menyebut ibadah kali ini bukan hanya perjalanan spiritual bagi ibunya, tetapi juga menjadi ladang pahala bagi dirinya.
“Alhamdulillah, semangat banget,” sambungnya.
Dengan bobot tubuh mencapai 165 kilogram, perjalanan Ida ke tanah suci tentu bukan perkara mudah. Semangatnya jauh lebih besar dari tantangan fisik yang harus ia hadapi.
“Senang banget, alhamdulillah banyak yang membantu, banyak juga yang menyokong, memberi semangat. Semua karena bantuan Allah, pasti,” ungkap Ida saat ditemui di ruang tunggu Paviliun D1 Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi.
Ida bersyukur, perjalanan menuju Baitullah berjalan lancar, tanpa kendala berarti.
“Gak sih, alhamdulillah. Karena ya banyak yang bantu,” ujar dia.
Ida tidak sendiri. Dalam perjalanan spiritual ini, ia didampingi anaknya yang setia membantu dan selalu mendukungnya.
“Berangkat sama anak,” ucapnya, singkat.
Tak hanya keluarga, Ida juga merasakan dukungan penuh dari jemaah lain dan petugas haji, termasuk tim medis. Semua itu menjadi bagian penting dalam perjalanannya menunaikan rukun Islam kelima.
Keterbatasn fisiknya bukan menjadi penghalang Ida menuju panggilan Allah. Tekad dan keimanannya melampaui batas.
Suasana haru pun menyelimuti ruang tunggu kedatangan Bandara Jeddah, saat sejumlah petugas Pelaksana Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja Bandara, dengan penuh kesabaran membantu Ida. Dengan sigap dan telaten, mereka mendorong kursi roda Ida dari ruang kedatangan hingga ke area penjemputan bus.
Tak sekadar didorong, Ida bahkan mendapatkan fasilitas khusus, yaitu satu unit bus yang dilengkapi dengan lift hidrolik untuk mengangkut Ida bersama kursi rodanya ke dalam bus. Dengan penuh kehati-hatian, petugas memegang kursi roda Ida saat naik ke dalam bus.
Langkah-langkah itu bukan hanya bagian dari prosedur pelayanan kepada jemaah, tetapi wujud nyata kepedulian dan penghormatan kepada setiap tamu Allah, tanpa membedakan kondisi fisik mereka.
Sesampainya di atas bus, Ida dibantu petugas perlahan berdiri dan berpindah duduk ke kursi penumpang.
“Semangat Ibu Ida,” ucap Hartatik, salah seorang petugas haji Daker Bandara.
Hartatik memberi dukungan moral yang sederhana, namun sangat berarti. Di balik pelayanan teknis, ada ketulusan yang mengiringi setiap langkah para petugas haji, menjadi bagian dari kisah-kisah kemanusiaan yang menghangatkan hati di Tanah Suci.
Perjalanan haji bagi Ida bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga bukti keteguhan hati, kekuatan doa, dan dukungan dari orang-orang tercinta. Ia adalah potret nyata dengan niat yang tulus, segala tantangan bisa dilalui.