Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Screenshot_20250702_112258_YouTube.jpg
Anggota Komisi X DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Mercy Chriesty Barends (dok.Youtube Komisi X)

Intinya sih...

  • Anggota Komisi X DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Mercy Chriesty Barends menyemprot Menteri Kebudayaan Fadli Zon terkait polemik penulisan ulang sejarah.

  • Mercy bercerita pengalamannya pada saat kerusuhan di Maluku pada 1999-2001 sebagai Tim Pencari Fakta yang mendokumentasikan kasus kekerasan seksual terhadap perempuan selama konflik.

  • Mercy juga membawa dokumen temuan TGPF, dokumen temuan PBB, dan dokumen 'membuka kembali 10 tahun pascakonflik'. Dokumen itu diserahkan kepada Fadli Zon.

Jakarta, IDN Times  - Anggota Komisi X DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Mercy Chriesty Barends menyemprot Menteri Kebudayaan Fadli Zon terkait polemik penulisan ulang sejarah. Peristiwa itu terjadi dalam Rapat Kerja Komisi X dengan Kementerian Kebudayaan di DPR.

"Hari ini saya datang resmi Pak, dengan tiga dokumen resmi, tiga dokumen hasil temuan TGPF, dokumen yang kedua adalah hasil temuan dari PBB, dan dokumen yang ketiga yaitu dokumen 'membuka kembali 10 tahun pascakonflik' yang dikeluarkan oleh Komnas Perempuan," ujar Mercy di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (2/7/2025).

"Dapat kami sampaikan statement Bapak beberapa waktu yang lalu cukup melukai kami semua, terutama kami sebagai aktivis perempuan," imbuhnya.

1. Penyangkalan Fadli Zon dinilai melukai

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, saat menghadiri pembukaan Pesta Kesenian Bali pada 21 Juni 2025. (IDN Timez/Yuko Utami)

Suara Mercy meninggi, tatapan matanya tajam. Mercy bercerita pengalamannya pada saat kerusuhan di Maluku pada 1999-2001 sebagai Tim Pencari Fakta yang mendokumentasikan kasus kekerasan seksual terhadap perempuan selama konflik.

"Kita bertemu dengan yang dari Papua, dari Aceh, dan sebagainya. Tidak satu pun korban berani untuk menyampaikan kasus kekerasannya karena pada saat itu mengalami represi yang luar biasa," ujarnya.

Menurutnya, hal serupa juga terjadi pada Kerusuhan 1998. Ia ikut menyusun Human Rights Documentation (Huridoc) bersama Komnas Perempuan pada saat itu.

"Jadi kalau kemudian Bapak mempertanyakan kasus perkosaan dan massal dan seterusnya, ini cukup-cukup amat sangat melukai kami Pak, cukup amat sangat melukai kami," ujarnya.

2. Fadli Zon sempat ingin memotong kalimat legislator PDIP

Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam wawancara program Real Talk with Uni Lubis by IDN Times (Youtube IDN Times)

Fadli Zon sempat berupaya memotong pernyataan Mercy. Namun, Mercy enggan disetop begitu saja.

"Sebentar Pak, biar saya selesaikan," ujarnya.

Pimpinan Komisi X dari Fraksi PKB, Lalu Hardian Irfani pun menengahi dan meminta Fadli Zon tak memotong.

"Biar diselesaikan dulu Pak Menteri," ujarnya.

Kemudian, Mercy melanjutkan kalimatnya. Ia menyebut Fadli Zon telah menyakiti perempuan.

"Kemudian Bapak mempertanyakan dan Bapak seperti meragukan kebenaran ini amat sangat menyakiti, menyakiti, menyakiti kami," ujarnya.

3. PDIP desak Fadli Zon minta maaf

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon ketika berbincang di program 'Real Talk' with Uni Lubis by IDN Times. (Tangkapan layar YouTube IDN Times)

PDIP mendesak Fadli Zon meminta maaf. Sebab, perkosaan massal itu benar-benar terjadi.

"Kami sangat berharap permintaan maaf mau korbannya perorangan yang jumlahnya banyak, yang Bapak tidak akui itu masal, permintaan maaf karena korban benar-benar terjadi," ujarnya.

Usai menyampaikan hal tersebut, Mercy langsung mendatangi Fadli Zon dan jajarannya. Ia menyerahkan dokumen yang disebutkan langsung kepada Fadli Zon.

Fadli dan jajaran Kementerian Kebudayaan langsung berdiri dari kursinya dan menerima dokumen-dokumen tersebut.

Editorial Team