Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-07-09 at 10.40.54.jpeg
Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar membuka Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS+) 2025 (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Intinya sih...

  • AICS+ muncul sebagai jawaban terhadap hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dan kerusakan lingkungan

  • Indonesia mengangkat narasi Islam yang membawa rahmat bagi semesta dan berperan aktif dalam solusi global

  • Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menjelaskan format baru AICIS+ lahir dari pemikiran mendalam terhadap situasi dunia saat ini

Jakarta, IDN Times – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar membuka Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS+) 2025 di Auditorium Kementerian Agama, Jakarta, Rabu (9/7/2025). Dalam sambutannya, ia menyebut Indonesia kini menjadi pusat kebangkitan peradaban Islam modern setelah kawasan Timur Tengah.

Pernyataan itu sebagai simbol yang mencerminkan arah baru diplomasi keilmuan Indonesia dalam konteks global. AICIS kini hadir dalam versi AICIS+, yaitu forum yang lebih terbuka, mendunia, dan mengusung pendekatan lintas disiplin ilmu.

Gelaran AICIS+ 2025 dijadwalkan berlangsung pada 29–31 Oktober mendatang dan akan dipusatkan di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, Jawa Barat. Tema besar yang diangkat adalah “Islam, Ekoteologi, dan Transformasi Teknologi: Inovasi Multidisipliner untuk Masa Depan yang Adil dan Berkelanjutan.”

Nasaruddin menjelaskan, AICIS sudah digelar selama dua dekade. Pada 2025, AICIS melakukan evolusi dengan penambahan “+”. Ini sebagai tanda pergeseran visi, yakni Islam Indonesia ingin turut menyumbang perspektif pada persoalan global seperti krisis iklim, teknologi canggih, ekonomi etis, dan perdamaian internasional.

“AICIS+ bukan lagi hanya forum kajian keislaman. Ini adalah forum ilmu pengetahuan Islam yang menyatu dengan tantangan kemanusiaan global,” ujar Nasaruddin Umar.

1. AICS+ dianggap sebagai jawaban terhadap dua tantangan besar

Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar membuka Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS+) 2025 (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Nasaruddin menyampaikan, AICIS+ muncul sebagai jawaban terhadap dua tantangan besar yang sedang dihadapi dunia saat ini, yaitu hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dan kerusakan lingkungan. Mengacu pada Deklarasi Istiqlal 2024, forum ini mendorong nilai-nilai spiritual Islam seperti cinta kasih, solidaritas, dan tanggung jawab ekologis.

“Kita tidak ingin Islam hanya bicara ke dalam. Lewat AICIS+, Islam Indonesia akan bicara ke dunia, dengan bahasa kemanusiaan dan peradaban,” ucap dia.

2. Akan mengangkat narasi Islam rahmat bagi semesta

Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar membuka Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS+) 2025 (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Lewat AICIS+, kata Menag, Indonesia mengangkat narasi Islam yang membawa rahmat bagi semesta dan berperan aktif dalam solusi global. Melalui konferensi ini, Asia Tenggara berpotensi menjadi pusat pengembangan pemikiran Islam kontemporer yang moderat dan progresif.

Bagi kalangan akademisi, peneliti, ulama muda, dan inovator sosial yang ingin berpartisipasi, AICIS+ membuka kesempatan untuk mengirimkan abstrak dan makalah ilmiah. Proses pengiriman abstrak dimulai sejak 4 Juli hingga 15 Agustus 2025, sedangkan konferensinya akan berlangsung akhir Oktober.

Topik abstrak yang dikirimkan dapat mengambil salah satu dari delapan subtema penting, antara lain ekoteologi dan lingkungan hidup, transformasi digital, hukum Islam dan ekofeminisme, dekolonisasi studi Islam, krisis kemanusiaan global, kesehatan masyarakat Muslim, ekonomi berkeadilan, dan inovasi sosial berbasis Islam.

Pengiriman abstrak dimulai 4 Juli hingga 15 Agustus 2025, dengan konferensi dijadwalkan pada 29–31 Oktober di UIII. Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui situs resmi aicis.uiii.ac.id dan akun Instagram @uiiiofficial.

3. Alasan AICIS+ berformat baru

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Dalam kesempatan itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menjelaskan format baru AICIS+ lahir dari pemikiran mendalam terhadap situasi dunia saat ini.

“Islam tidak boleh bicara sendiri. Ia harus bicara dengan sains dan Masyarakat,” ujar Suyitno.

Forum keilmuan ini membuka ruang partisipasi luas dari para cendekiawan lintas bidang yang ingin mengajukan gagasan melalui tulisan ilmiah, sesuai dengan subtema yang tersedia. AICIS+ diharapkan menjadi ruang temu yang mempertemukan agama, sains, dan aksi nyata.

Editorial Team