Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251021-WA0012.jpg
Menteri Agama Nasaruddin Umar (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Intinya sih...

  • Konsep Ekoteologi: Titik Temu Agama dan Kearifan Lokal

  • ASN Dituntut Jadi Duta Harmoni Agama dan Budaya

  • Latar Belakang Keberagaman

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan agama dan adat harus jalan beriringan dan tidak bertentangan. Menurutnya, hubungan antara agama dan adat harus dijaga agar tetap sinkron dan harmonis. Pernyataan ini disampaikannya saat berkunjung ke Palangkaraya, Kamis (6/11/2025).

“Saya ingatkan bahwa merawat kebudayaan kita itu sangat penting. Agama dan adat itu harus berjalan seiring. Keduanya saling memperkuat, bukan bertentangan,” kata Nasaruddin, dikutip dari situs Kemenag.go.id.

Lebih lanjut, ia mengingatkan kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ditemuinya untuk menjadi teladan dalam merawat nilai-nilai kebangsaan, moderasi beragama, dan kelestarian budaya lokal.


1. Konsep Ekoteologi dinilai sejalan dengan falsafah hidup masyarakat Dayak

Dua orang bocah menampilkan seni bela diri suku Dayak Benuaq Tonyoi (Behempas Rotan) saat berlangsungnya Kukar Festival Budaya Nusantara 2025 di depan Kedaton Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (19/7/2025). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nz

Nasaruddin mengangkat konsep ‘Ekoteologi’, yaitu pandangan teologis yang menyatukan manusia, alam, dan Tuhan. Ia melihat nilai-nilai ini sangat sejalan dengan falsafah hidup masyarakat Dayak.

"Saya merasa ekoteologi ini sangat sejalan dengan budaya Dayak yang menyatu dengan alam," katanya.

Nasaruddin mengajak masyarakat umum terutama ASN untuk belajar dari kearifan lokal masyarakat Dayak dalam menjaga keseimbangan.

"Kita bisa belajar dari kearifan lokal mereka dalam menjaga keseimbangan antara manusia, lingkungan, dan nilai-nilai ketuhanan," ujarnya.


2. ASN dituntut jadi duta harmoni agama dan budaya

Ilustrasi aparatur sipil negara (ASN) (dok. KemenPANRB)

Tak hanya itu, Nasaruddin berpesan agar ASN menjadi teladan dalam merawat moderasi beragama dan kelestarian budaya lokal. "Kita bukan hanya pelayan administrasi, tetapi juga duta harmoni di tengah masyarakat," katanya.

Peran ASN dinilai krusial untuk menjaga kerukunan di tengah keberagaman, seperti yang tercermin dari data populasi multiagama di Kalimantan Tengah. 

Menurutnya, masyarakat umum terutama yang hidup di Kalimantan Tengah hidup berdampingan antarsesama suku dan agama harus menjaga kerukunan dan ASN Kanwil Kemenag memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga kerukunan itu.

“Kita hidup berdampingan menjaga kerukunan, dan ASN Kanwil Kemenag memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga kerukunan itu,” ujarnya.



3. Latar belakang keberagaman

kesetaraan dan keberagaman (unsplash.com/Hannah Busing)

Sementara itu, Plt. Kepala Kanwil Kemenag Kalteng, Hasan Basri, menyebutkan komposisi keberagaman agama di provinsi tersebut, yang didominasi Islam (74,45 persen), diikuti Kristen, Hindu (termasuk Kaharingan), Katolik, Buddha, dan Konghucu. Data ini mempertegas pentingnya peran semua pihak, termasuk ASN, dalam menjaga harmoni yang sudah terbina.

Sebelumnya, Nasaruddin menghadiri acara di dalam Ramah Tamah Lintas Agama dan Budaya yang digelar di Aula Jayang Tingang. Acara tersebut dihadiri oleh Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Sten Frimodt Nielsen; Gubernur Kalimantan Tengah, Agustiar Sabran; dan Plt. Kepala Kanwil Kemenag Kalimantan Tengah, Hasan Basri. Di dalam sambutannya, Nasaruddin juga menyebutkan konsep hubungan manusia dan alam yang dirumuskan dalam ilmu ekoteologi. 

“Saya melihat nilai-nilai budaya Dayak sangat harmonis dengan ajaran ekoteologi. Masyarakat Dayak hidup menyatu dengan alam, menghormati hutan, dan menjaganya dengan kearifan lokal. Ini pelajaran spiritual yang sangat berharga,” ucapnya.


Editorial Team