Pasien COVID-19 Sembuh di DKI dan Jatim Diminta Donorkan Plasma Darah

05 Jun 2020, 13:50 WIB

Kepala BNPB, Doni Monardo (Dok. BNPB)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah menemukan cara baru agar pasien yang terinfeksi virus corona atau COVID-19 bisa segera disembuhkan, yaitu dengan terapi plasma darah dari pasien yang sudah sembuh. Terapi plasma darah diakui mampu menyembuhkan pasien virus corona.

Karena itu, pemerintah melalui Ketua Gugus Tugas penanganan COVID-19, Doni Monardo, telah menghubungi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indah Parawansa, untuk meminta plasma darah dari ribuan pasien COVID-19 yang telah sembuh di Jakarta dan Jawa Timur.

1. Doni meminta DKI Jakarta untuk menyumbangkan plasma darah pasien COVID-19 yang telah sembuh

Kepala BNPB Doni Monardo (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)

Doni mengaku sudah melakukan video conference dengan Anies untuk meminta plasma darah dari pasien virus corona yang sudah sembuh di DKI Jakarata. Ia berharap para pasien yang sembuh itu bersedia.

"Kami sudah mengimbau tadi malam juga, video conference dengan Gubernur DKI ada sekitar 2.500 keluarga yang telah sembuh dari COVID-19. Nah, diharapkan mereka bersedia untuk menyumbangkan plasmanya," kata Doni dalam keterangan pers melalui video conference, Kamis (4/6).

2. Doni juga meminta pasien COVID-19 yang sembuh di Jawa Timur, untuk menyumbangkan plasma darahnya

Kepala BNPB Doni Monardo (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Selain Anies Baswedan, Doni juga telah menghubungi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indah Parawansa, untuk meminta hal yang sama. Jatim sendiri memiliki 699 pasien COVID-19 yang sudah sembuh.

"Jadi semua warga negara masyarakat kita yang telah sembuh diharapkan bersedia untuk mendonorkan plasmanya kepada Dinas Kesehatan," ucap dia.

3. Terapi plasma darah bisa membantu penyembuhan pasien COVID-19

Kepala BNPB Doni Monardo (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Menurut Doni, donor plasma darah ini merupakan salah satu bentuk gotong royong di tengah pandemik COVID-19. Mengingat, plasma darah bisa membantu menyembuhkan pasien positif, karena hingga saat ini belum ada obat maupun vaksin yang ditemukan.

"Kita dorong terus supaya pakar kita, ahli-ahli kedokteran kita, ahli kesehatan kita semakin banyak yang memiliki kemampuan untuk terapi plasma ini," kata Doni.