Jakarta, IDN Times - Pilkada DKI Jakarta selalu menjadi paling dinanti-nantikan, karena selalu menjadi barometer bagi daerah lainnya. Hadirnya tiga pasangan calon di Jakarta diperkirakan akan memecah suara.
Karena itu, Pilkada DKI Jakarta diprediksi berlangsung dua putaran. Apalagi ditambah dengan syarat aturan kemenangan pasangan calon minimal harus 50+1 suara.
Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro, mengatakan Pilkada 2024 menjadi menarik karena tidak diikuti petahana, seperti Pilkada tahun-tahun sebelumnya.
Diketahui, ada tiga pasangan yang akan bertarung pada Pilkada DKI Jakarta yakni Ridwan Kamil-Suswono yang diusung dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, yang diusung 12 partai politik.
Kemudian, ada juga pasangan yang diusung PDIP, Pramono Anung-Rano Karno, serta pasangan independen atau perseorangan Dharma Pongrekun dan Kun Wardana.
"Seperti diketahui Pilkada DKI Jakarta selalu diikuti mantan gubernur (petahana), ini menjadi menarik. Kemana suara Anies dan Ahok akan beralih?" ujar Bawono saat bincang dengan IDN Times, Rabu (28/8/2024).
Bawono juga memprediksi Pilkada DKI Jakarta bisa jadi mengulang sejarah Joko "Jokowi" Widodo saat pertama kali maju Pilkada Jakarta. Sejarah itu bisa dialami Pramono Anung yang sekarang ini belum memiliki elektabilitas, namun bisa melonjak saat pemungutan suara.
"Jokowi di Pilkada DKI 2012 saat awal ditunjuk PDIP elektabilitas rendah, tapi akhirnya dia bisa memenangkan Pilkada," ujar dia.
"Ini kan dari kubu Ridwan Kamil ingin Dharma-Kun gak ada biar satu putaran, sebaliknya dari kubu Pramono menginginkan keberadaan Dharma-Kun sebagai strategi agar dua putaran," sambungnya.
Bawono juga menyebutkan peluang head to head antara Ridwan Kamil dengan Pramono. Menurut dia di atas kertas memang lebih unggul Ridwan Kamil dibanding dua pasangan lainnya. Apalagi, kata dia, pasangan Ridwan Kamil-Suswono punya modal politik besar dengan dukungan 12 partai.
Namun, Bawono melanjutkan, jika melihat konstelasi politik sekarang ini ditambah pemilih di Jakarta sudah sangat cerdas, ada kemungkinan elektabilitas Pramono bisa mengejar ketertinggalan Ridwan Kamil.
"Apalagi kalau Pramono memakai media untuk menggenjot elektabilitas, lama kelamaan elektabilitasnya bisa naik. Dulu Jokowi awal-awal tidak dikenal, lama-lama naik elektabilitasnya," ujar Bawono.