Jakarta, IDN Times - Ilham habibie lahir pada 16 Mei 1963 dan berdarah suku Gorontalo. Ia merupakan putra sulung dari pasangan B.J. Habibie dan Hasri Ainun Besari.
Berbeda dengan ayahnya yang terjun di bidang politik, Ilham justru meniti karirnya di dunia bisnis. Walaupun Ilham Habibie tidak memiliki pengalaman politik formal, rekomendasi dari Partai Nasdem untuk mencalonkannya sebagai calon wakil gubernur menegaskan keyakinan partai akan potensi luar biasa yang dimilikinya.
Ilham Akbar Habibie yang dikenal sebagai putra dari presiden ketiga Indonesia, lahir dan besar di negara Hitler. Hal ini pula yang membuatnya ikut mengenyam pendidikan di negara tersebut hingga gelar doktor mengikuti jejak sang ayah.
Pria yang menetap selama 31 tahun di Jerman ini, menempuh pendidikan S1 di Fakultas Teknik Mesin, Sub-Fakultas Teknik Aeronautika, Universitas Teknik München dan berhasil mendapatkan gelar sarjana (cum laude) dan doktoral (summa cum laude).
Selain berlatar belakang pendidikan teknik, Ilham juga menempuh pendidikannya di bidang bisnis. Dengan pegalaman dan ilmu yang dimilikinya, Ilham Habibie membangun kariernya dengan tekun yang membuatnya menjadi CEO dari beberapa perusahaan seperti PT ILTHABI Rekatama pada 2002, PT Industrial Mineral Indonesia, PT Global Group Asia.
Beliau juga sering menjadi komisaris di beberapa perusahaan meliputi PT. Asuransi Wuwungan, PT. Sarana Pembangunan Jawa Tengah, dan perusahaan terakhir yaitu Sound Oil plc.
Sebelum terjun ke dunia politik, Ilham Habibie sempat berkutat dalam pengembangan pesawat penumpang nasional R-80 yang digagas oleh PT Revio Aviasi Industri.
Namun, proyek ini mengalami kendala signifikan karena Jokowi menghapus pengembangan pesawat ini dari daftar proyek strategis nasional (PSN).
Ilham Habibie menyampaikan dalam webinar 'Perjalanan Industri Kedirgantaraan Nasional' pada Jumat (7/8/2020) bahwa beliau telah beraudiensi langsung dengan Menteri Airlangga Hartarto. Dalam pertemuan tersebut, beliau menjelaskan bahwa proyek R80 telah dicoret dari daftar proyek strategis nasional (PSN). Menteri menyampaikan bahwa seluruh proyek PSN harus diselesaikan paling lambat tahun 2024.
Mengingat ketidakmungkinan memenuhi target penyelesaian R80 pada tahun 2024, yang mana pengembangan pesawat terbang memerlukan waktu yang cukup panjang, akhirnya ia memutuskan untuk mencabut warisan ayahnya dari program PSN.