Rekam Jejak Karier Cemerlang Kadispenad Brigjen TNI Wahyu Yudhayana

Intinya sih...
- Brigjen TNI Wahyu Yudhayana baru saja menjabat sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad) menggantikan Brigjen TNI Kristomei Sianturi.
- Selama menjabat Kodim Jakpus, ia menjadi Komandan Satuan Tugas Pengamanan wilayah saat perhelatan Asian Games 2018 hingga Pilpres 2019.
- Di tengah padatnya agenda pengamanan, Wahyu sempat melewatkan momentum kenaikan pangkat dari Letkol ke Kolonel di Kodam Jaya karena harus melaksanakan pengamanan di DPR MPR.
Jakarta, IDN Times - Brigadir Jenderal TNI Wahyu Yudhayana baru saja menjabat sebagai Kepada Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad). Ia dilantik pada 20 Agustus 2024, menggantikan Brigjen TNI Kristomei Sianturi.
Kepada IDN Times, lulusan Akademi Militer 1998 itu menceritakan rekam jejak kariernya di dunia militer. Karier cemerlangnya dimulai saat bertugas di Kodam Diponegoro, Yogyakarta.
Setelah itu ia bertugas ke Kodam Jaya, Batalyon hingga menjadi Komandan Sekolah Bintara. Kariernya semakin melesat ketika ia ditempatkan pada jabatan strategis menjadi Komandan Distrik Militer (Kodim) Jakarta Barat pada 2017 dan Jakarta Pusat pada 2018.
Setelah itu ia ditunjuk sebagai Kepala Seksi Intelijen Korem 152 di Ternate. “Saya bersyukur pernah mendapatkan kesempatan untuk bertugas di Pengamanan Presiden 2009-2012 dan 2017-2018. Awal-awal penugasan saya di daerah Sumatira,” kata Wahyu di Kantor IDN Times, IDN HQ, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (11/9/2024).
Sebelum menjabat Kadispenad, pria kelahiran 1976 di Semarang ini bertugas di lingkup Markas Besar TNI sebagai Kepala Pusat Komando dan Pengendalian TNI Angkatan Darat.
1. Siang dilantik jadi Dandim Jakpus, sore mengamankan Asian Games
Selama menjabat Kodim Jakpus, dirinya sempat menjadi Komandan Satuan Tugas Pengamanan wilayah saat perhelatan Asian Games 2018 hingga Pilpres 2019.
“Saya dilantik jadi Dandim Jakarta Pusat siang hari, sorenya pembukaan Asian Games. Mungkin kalau ada bom, saat itu juga dicopot dan menjadi pejabat TNI tercepat, hanya sehari menjabat Dandim Jakarta Pusat,” kata dia.
2. Pengamanan kerusuhan Pilpres 2019 yang berkesan bagi Wahyu Yudhayana
Selama bertugas di Dandim Jakpus, ia sangat berkesan ketika melaksanakan pengamanan saat kerusuhan Pilpres 2019 di KPU hingga DPR RI. Wahyu saat itu dimintai bantuan oleh Polri untuk backup pengamanan di sekitar DPR RI.
Suatu malam pada pukul 22.00 WIB, ribuan massa yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat sipil masih melakukan orasi di sekitar flyover Semanggi.
Saat itu, yang dilakukan Wahyu adalah membangun komunikasi dengan para mahasiswa. Ia memberikan pemahaman terkait kondisi yang ada.
“Saya dengan pasukan turun menemui mahasiswa dan saya berprinsip selama saya berniat baik, selama mahasiswa ini diberi pemahaman, kanal yang baik, arah yang baik tentu mereka bisa menerima,” ujarnya.
Perdebatan sempat terjadi, mahasiswa terus berusaha untuk diberikan kesempatan dan waktu untuk bertemu pihak terkait untuk menyampaikan aspirasi.
“Masih ada videonya saya didebat mahasiswa. ‘Iya saya tahu kalau dipaksakan sekarang tidak mungkin waktu jam berapa? Pihak yang menerima aspirasi perlu istirahat, masyarakat pengguna jalan juga terganggu jangan sampai tujuan baik menjadi kontraproduktif’. Karena jumlahnya ribuan, debatnya tidak dengan satu orang tapi semua bisa kita selesaikan karena dibantu mahasiswa yang berkomunikasi dengan massa,” imbuhnya.
Pemahaman itu pun diterima dengan baik oleh massa dan berlanjut membubarkan diri.
"'Oke pak malam ini kamu berhenti, tapi besok kami minta difasilitasi untuk bisa menyampaikan ini’. Oke setidaknya satu kondisi bisa kita netralkan malam itu. Setelah itu kita harus bertanggung jawab dengan mahasiswa itu, kita sampaikan ke pihak terkait, besok kita berikan waktu dan tempat komunikasi dengan pihak terkait. Dan besoknya mereka turun ada perwakilan masuk, meski ada dinamika semua bisa selesai,” kata dia.
3. Tidak ikut upacara pangkat demi tugas pengamanan
Di tengah padatnya agenda pengamanan, Wahyu sempat melewatkan momentum yang sangat berarti bagi hidupnya. Salah satunya upacara kenaikan pangkat dari Letkol ke Kolonel di Kodam Jaya, 1 Oktober 2019.
“Karena dinamikanya tinggi di DPR MPR saat pelantikan presiden, maka saya tidak diberangkatkan ke Kodam karena harus melaksanakan pengamanan di DPR MPR,” kata Wahyu.
Panglima Kodam saat itu memerintahkan Wahyu untuk tetap melaksanakan pengamanan di sekitar DPR RI. Hal itu tak membuatnya patah arang. Sebaliknya, membuat dirinya semakin semangat untuk memimpin pengamanan bersama anggotanya.
“Toh, kalau kita tidak ke Kodam tidak upacara tetap naik kok pangkat saya. Apakah kalau saya tidak ke Kodam, apakah tidak naik pangkat? Saya simpel saja, lebih penting anggota saya dan kondisi di lapangan dibanding seremoni,” ujar dia.
Alhasil, upacara kenaikan pangkat dihadiri istrinya seorang. Sementara itu, teman-teman Wahyu yang naik pangkat hadir dalam upacara ditemani istri mereka.
“Saya memakai pangkat sendiri, jadi saya melantik diri saya sendiri,” kata dia sambil tertawa.
“Istri mengirimkan foto, pelantikan sudah selesai kita mendapatkan selamat dari semua yang hadir. Semuanya yang naik pangkat didampingi istrinya, istri saya sendirian karena suaminya di lapangan, dan istri saya tetap memberikan semangat ke saya jadi tidak ada masalah,” imbuhnya.
4. Lulusan Akmil yang tak pernah merasakan dilantik di Istana
Tidak hanya momentum upacara kenaikan pangkat. Pelantikan di Istana pun ia tak pernah merasakannya.
Saat kerusuhan 1998, Wahyu lulus dari Akademi Militer. Pelantikan sudah dijadwalkan di Istana.
Namun, Istana saat itu dikepung massa dengan sepanduk bertulis ‘Dari Sini Akan Lahir Anak-anak Setan’. Pelantikan yang dipimpin Presiden Soeharto itu pun akhirnya dipindahkan ke Mabes TNI
“Kami mungkin salah satu angkatan yang tidak merasakan pelantikan di Istana, karena memang harus saya terima itu bagian garis tangan saya juga bahwa memang kondisinya seperti itu,“ ujarnya.
“Sekali lagi itu menjadikan saya kuat, kami menjadi tegar dan berkomitmen bahwa ini jadi momen untuk berbuat yang terbaik karena itu membuktikan kita semua punya garis tangan, takdir,” imbuhnya.