Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita Kadispenad Brigjen Wahyu Yudhayana, Peristiwa 1998 hingga 2019

Kadispen TNI AD, Brigjen TNI Wahyu Yudhayana. (IDN Times/Alya Achyarini)
Kadispen TNI AD, Brigjen TNI Wahyu Yudhayana. (IDN Times/Alya Achyarini)
Intinya sih...
  • Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigadir Jenderal TNI Wahyu Yudhayana, mengalami pelantikan yang dipindahkan ke Mabes TNI karena kerusuhan 1998.
  • Upacara kenaikan pangkat dari Letkol ke Kolonel di Kodam Jaya pada 1 Oktober 2019 dihadiri oleh istri Wahyu karena tugas pengamanan di DPR MPR.
  • Wahyu memiliki karier cemerlang dan pernah bertugas dalam pengamanan Pilpres 2019 serta memberikan pemahaman terkait kondisi kepada massa saat melakukan orasi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) yang baru saja dilantik, Brigadir Jenderal TNI Wahyu Yudhayana, bertandang ke kantor IDN Times di IDN HQ, Jakarta Selatan, Rabu (11/9/2024). Dalam kunjungan ini, Wahyu bercerita banyak hal, termasuk berbagi pengalamannya yang tak terlupakan saat kerusuhan 1998. Saat itu, Wahyu baru saja lulus dari Akademi Militer.

Ia tengah bersiap mengikuti pelantikan yang sudah dijadwalkan di Istana. Namun, Istana saat itu dikepung massa dengan sepanduk bertulis ‘Dari Sini Akan Lahir Anak-anak Setan’.

Pelantikan yang dipimpin Presiden Soeharto itu pun akhirnya dipindahkan ke Mabes TNI.

“Kami mungkin salah satu angkatan yang tidak merasakan pelantikan di Istana karena memang harus saya terima, itu bagian garis tangan saya juga bahwa memang kondisinya seperti itu,“ ujarnya.

“Sekali lagi itu menjadikan saya kuat, kami menjadi tegar dan berkomitmen bahwa ini jadi momen untuk berbuat yang terbaik, karena itu membuktikan kita semua punya garis tangan, takdir,” imbuhnya.

1. Tidak ikut upacara kenaikan pangkat demi tugas pengamanan

Kadispen TNI AD, Brigjen TNI Wahyu Yudhayana. (dok. Dispenad)
Kadispen TNI AD, Brigjen TNI Wahyu Yudhayana. (dok. Dispenad)

Selain itu, ia pun sempat melewati momentum yang berharga di hidupnya. Salah satunya, upacara kenaikan pangkat dari Letkol ke Kolonel di Kodam Jaya, 1 Oktober 2019.

“Karena dinamikanya tinggi di DPR MPR saat pelantikan presiden, maka saya tidak diberangkatkan ke Kodam karena harus melaksanakan pengamanan di DPR MPR,” kata Wahyu.

Panglima Kodam saat itu memerintahkan Wahyu untuk tetap melaksanakan pengamanan di sekitar DPR RI. Hal itu tak membuatnya patah arang. Sebaliknya, membuat dirinya semakin semangat untuk memimpin pengamanan bersama anggotanya.

“Toh, kalau kita tidak ke Kodam tidak upacara tetap naik kok pangkat saya. Apakah kalau saya tidak ke Kodam, apakah tidak naik pangkat? Saya simpel saja, lebih penting anggota saya dan kondisi di lapangan dibanding seremoni,” ujar dia.

Alhasil, upacara kenaikan pangkat dihadiri istrinya seorang. Sementara itu, teman-teman Wahyu yang naik pangkat hadir dalam upacara ditemani istri mereka.

“Saya memakai pangkat sendiri, jadi saya melantik diri saya sendiri,” kata dia sambil tertawa.

“Istri mengirimkan foto, pelantikan sudah selesai kita mendapatkan selamat dari semua yang hadir. Semuanya yang naik pangkat didampingi istrinya, istri saya sendirian karena suaminya di lapangan, dan istri saya tetap memberikan semangat ke saya jadi tidak ada masalah,” imbuhnya.

2. Jejak karier Brigjen Wahyu Yudhayana

Kadispen TNI AD, Brigjen TNI Wahyu Yudhayana. (IDN Times/Alya Achyarini)
Kadispen TNI AD, Brigjen TNI Wahyu Yudhayana. (IDN Times/Alya Achyarini)

Wahyu baru saja menjabat sebagai Kadispenad sejak 20 Agustus 2024, menggantikan Brigjen TNI Kristomei Sianturi.

Karier cemerlangnya dimulai saat bertugas di Kodam Diponegoro, Yogyakarta. Setelah itu ia bertugas ke Kodam Jaya, Batalyon hingga menjadi Komandan Sekolah Bintara.

Kariernya semakin melesat ketika ia ditempatkan pada jabatan strategis menjadi Komandan Distrik Militer (Kodim) Jakarta Barat pada 2017 dan Jakarta Pusat pada 2018.

Setelah itu ia ditunjuk sebagai Kepala Seksi Intelejen Korem 152 di Ternate.

“Saya bersyukur pernah mendapatkan kesempatan untuk bertugas di Pengamanan Presiden 2009-2012 dan 2017-2018. Awal-awal penugasan saya di daerah Sumatra,” kata Wahyu.

Sebelum menjabat Kadispenad, pria kelahiran 1976 di Semarang itu bertugas di lingkup Markas Besar TNI sebagai Kepala Pusat Komando dan Pengendalian TNI Angkatan Darat.

Selama menjabat Kodim Jakpus, dirinya sempat menjadi Komandan Satuan Tugas Pengamanan wilayah saat perhelatan Asian Games 2018 hingga Pilpres 2019.

“Saya dilantik jadi Dandim Jakarta Pusat siang hari, sorenya pembukaan Asian Games. Mungkin kalau ada bom, saat itu juga dicopot dan menjadi pejabat TNI tercepat, hanya sehari menjabat Dandim Jakarta Pusat,” selorohnya.

3. Pengamanan kerusuhan Pilpres 2019 yang berkesan bagi Wahyu Yudhayana

Kadispen TNI AD, Brigjen TNI Wahyu Yudhayana. (IDN Times/Alya Achyarini)
Kadispen TNI AD, Brigjen TNI Wahyu Yudhayana. (IDN Times/Alya Achyarini)

Selama bertugas di Dandim Jakpus, ia tidak akan melupakan ketika melaksanakan pengamanan saat kerusuhan Pilpres 2019 di KPU hingga DPR RI. Wahyu saat itu dimintai bantuan oleh Polri untuk mem-backup pengamanan di sekitar DPR RI.

Suatu malam pada pukul 22.00 WIB, ribuan massa yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat sipil masih melakukan orasi di sekitar flyover Semanggi.

Saat itu, yang dilakukan Wahyu adalah membangun komunikasi dengan para mahasiswa. Ia memberikan pemahaman terkait kondisi yang ada.

“Saya dengan pasukan turun menemui mahasiswa dan saya berprinsip selama saya berniat baik, selama mahasiswa ini diberi pemahaman, kanal yang baik, arah yang baik tentu mereka bisa menerima,” ujarnya.

Perdebatan sempat terjadi, mahasiswa terus berusaha untuk diberikan kesempatan dan waktu untuk bertemu pihak terkait untuk menyampaikan aspirasi.

“Masih ada videonya saya didebat mahasiswa. ‘Iya saya tahu kalau dipaksakan sekarang tidak mungkin waktu jam berapa? Pihak yang menerima aspirasi perlu istirahat, masyarakat pengguna jalan juga terganggu jangan sampai tujuan baik menjadi kontraproduktif’. Karena jumlahnya ribuan, debatnya tidak dengan satu orang tapi semua bisa kita selesaikan karena dibantu mahasiswa yang berkomunikasi dengan massa,” imbuhnya.

Pemahaman itu pun diterima dengan baik oleh massa dan berlanjut membubarkan diri.

"'Oke pak malam ini kamu berhenti, tapi besok kami minta difasilitasi untuk bisa menyampaikan ini’. Oke setidaknya satu kondisi bisa kita netralkan malam itu. Setelah itu kita harus bertanggung jawab dengan mahasiswa itu, kita sampaikan ke pihak terkait, besok kita berikan waktu dan tempat komunikasi dengan pihak terkait. Dan besoknya mereka turun ada perwakilan masuk, meski ada dinamika semua bisa selesai,” kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us