Golkar Hidupkan Lagi Soeharto Lewat Teknologi Deep Fake Jelang Pemilu

"Golkar menggunakan AI untuk kepentingan positif."

Jakarta, IDN Times - "Saya Presiden Soeharto, presiden ke-2 Indonesia mengajak Anda untuk memilih wakil rakyat dari Golkar yang bisa melanjutkeun mimpi saya tentang kemajuan Indonesia."

Demikian video berisi pesan dari Soeharto yang seolah-olah kembali hidup usai wafat pada 2008 lalu. Video berdurasi 2 menit dan 52 detik itu diunggah oleh Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Erwin Aksa, di akun media sosialnya. Video tersebut viral dan menjadi perbincangan di media sosial. Di platform X, video tersebut mendapatkan impresi lebih dari 2,9 juta. 

"Harapan dan perjuangan Bangsa Indonesia tak akan pernah padam. Akan selalu diwujudkan dalam setiap generasi. Mimpi-mimpi Indonesia akan selalu terwujud. Pada 14 Februari 2024, kita akan menentukan nasib Bangsa Indonesia. Kita harus memilih wakil rakyat dan pemimpin yang tepat," demikian cuit Erwin pada 7 Januari 2024 lalu di platform X. 

Ketika dikonfirmasi oleh IDN Times, Erwin mengaku Soeharto 'dihidupkan' kembali lewat teknologi Artificial Intelligence (AI) bernama deep fake. Melalui teknologi itu, bisa mereplikasi wajah dan suara Soeharto seolah-olah menyerupai aslinya. Padahal, individu yang bersangkutan tak pernah menyampaikan pernyataan itu. 

"Iya, ini memang pakai teknologi AI, deep fake namanya," ujar Erwin ketika dihubungi IDN Times melalui telepon pada Rabu malam (10/1/2024). 

Lalu, mengapa sosok Soeharto yang dipilih oleh Golkar untuk 'dihidupkan' kembali dan mengajak pemilih untuk menggunakan hak pilih pada 14 Februari 2024?

1. Golkar pilih Soeharto berdasarkan riset internal

Golkar Hidupkan Lagi Soeharto Lewat Teknologi Deep Fake Jelang PemiluWakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka, Erwin Aksa saat ditemui di Markas TKN Fanta, Jakarta Pusat (5/12/2023) (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Erwin mengakui pemilihan teknologi deep fake untuk 'membangkitkan' Soeharto datang dari pihaknya dan tim. Sosok Soeharto dipilih lantaran Bapak Pembangunan itu sangat lekat di pikiran masyarakat dengan Partai Golkar. 

"Dari berbagai penelitian internal Golkar, bahwa Golkar itu yang dikenal terkait Pak Harto, pohon beringin, partai tua, hingga warna kuning. Jadi, memang selama ini, Partai Golkar melihat bahwa ketokohan Pak Harto itu penting sekali," kata pria yang juga pengusaha muda asal Sulawesi Selatan itu. 

Menurutnya, sosok Soeharto mengukir prestasi yang sulit ditandai oleh pemimpin Indonesia lainnya. Bahkan, hingga 20 tahun lebih setelah ia lengser, prestasi itu masih diingat oleh publik. 

"Tentunya, Golkar perlu untuk memperjuangkan Pak Harto sebagai tokoh penting bagi bangsa ini. Golkar kan gak pernah lagi mengangkat ketokohan Beliau," tutur dia. 

Ia pun mengakui teknologi AI deep fake rentan disalahgunakan. Namun, yang dilakukan oleh pihaknya adalah sesuatu yang positif. 

"Golkar menggunakan AI untuk kepentingan positif," ujarnya. 

Baca Juga: Erwin Aksa Umbar Target Prabowo-Gibran Menang 60 Persen di Sulsel

2. Video pesan Soeharto juga untuk gaet pemilih muda agar mencoblos Golkar

Golkar Hidupkan Lagi Soeharto Lewat Teknologi Deep Fake Jelang PemiluJenderal Soeharto dilantik dan diambil sumpah oleh Ketua MPRS Jenderal TNI Abdul Haris Nasution.(Sumber:https://kemlu.go.id/)

Erwin mengatakan bahwa meski video deep fake Soeharto itu didistribusikan di media sosial, bukan berarti tidak menarik bagi calon pemilih muda. Ia menyebut pemilih muda saat ini memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terkait pemilu sehingga mereka langsung mencari sendiri informasinya. Termasuk yang ia yakini soal kepemimpinan Soeharto selama 32 tahun di Indonesia. 

"Kan banyak sekali konten-konten Pak Harto yang ketika itu tayang di TVRI yang menampilkan keberhasilan Beliau soal swasembada pangan, pembangunan," kata Erwin. 

Menurutnya teknologi AI di pemilu menjadi elemen yang penting. Tetapi, ia menegaskan teknologi tersebut tak boleh disalahgunakan. 

"Ya, saya tahu ada yang mengkritik tentang etik. Misalnya Pak Harto yang sudah meninggal kok bisa hidup. Di mana etikanya? Kami kan hanya menyampaikan artificial intelligence itu bisa dimanfaatkan untuk hal positif dan anak muda Indonesia sudah hebat-hebat (kemampuannya)," tutur dia lagi. 

Ia menyebut bahwa penggunaan teknologi AI tidak hanya terjadi di pemilu Indonesia. Tetapi, juga di pemilu negara lain. 

"Kecanggihan AI terutama deep fake di pemilu itu sesuatu yang gak bisa dihindarkan, karena sedang berkembang," katanya. 

Ia pun mengaku sudah berkonsultasi dengan keluarga sebelum membuat pesan video deep fake Soeharto. 

3. Warganet protes penggunaan teknologi AI untuk 'hidupkan' lagi Soeharto

Golkar Hidupkan Lagi Soeharto Lewat Teknologi Deep Fake Jelang PemiluTeknologi deep fake yang digunakan di pidato Soeharto. (Tangkapan layar Twitter Erwin Aksa)

Video deep fake itu mendapat beragam respons di akun media sosial Erwin. Di platform X saja, sudah lebih dari 1.000 komentar membanjiri kolom komentarnya. 

Sejumlah warganet menilai penggunaan AI untuk 'menghidupkan' lagi Soeharto malah bisa membuat citra paslon yang diusung oleh Partai Golkar semakin buruk. "Ini mah gol bunuh diri," demikian cuit seorang warganet yang dikutip pada hari ini. 

"Gilaaa.. ngeri banget tech AI ini," tutur warganet yang lain. 

"Orang yang sudah meninggal lama terus dihidupkan kembali dengan teknologi AI, lalu berpidato mendukung Golkar, di mana moral dan adab?" kata warganet lainnya. 

"Orang mati dibawa-bawa buat kampanye, the next level ini. Gila, gila, gila," ujar warganet. 

Erwin pun menyadari ada banyak komentar yang membanjiri media sosialnya karena menggunakan teknologi AI untuk 'menghidupkan' Soeharto. Mayoritas, kata Erwin, kekhawatiran bahwa Orde Baru kembali hidup. 

"Ya kan namanya demokrasi. Kita kan juga harus melihat jasa Beliau, jangan hanya dilihat peristiwa 1998. Jasa Beliau kan begitu panjang. Pada waktu ketika berkuasa, Soeharto bersama Golkar. Kan ada juga yang mengaku kangen dengan Pak Harto karena harga sembako murah, tingkat kriminalitas rendah," tutur dia. 

https://www.youtube.com/embed/yuo7XrXc124

Baca Juga: Erwin Aksa: Elektabilitas Golkar Tak Pernah Dipengaruhi Hasil Pilpres

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya