[WANSUS] Ketua IDAI Bicara soal PTM 100 Persen Saat COVID-19 Naik Lagi

Kasus COVID-19 melonjak, PTM 100 persen di DKI tetap lanjut

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM) dengan kapasitas 100 persen mulai Senin, 3 Januari 2022. Di saat yang sama, kasus positif COVID-19 terus mengalami peningkatan yang signifikan.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso, memberikan penjelasan mengenai tingginya risiko dan syarat yang harus dilakukan jika PTM ingin tetap berjalan tanpa mengabaikan keamanan dan kesehatan anak-anak. Berikut wawancara lengkap bersama IDN Times, Kamis (6/1/2021).

1. IDAI mendukung pembelajaran tatap muka di waktu dan tempat yang tepat. Maksudnya bagaimana?

[WANSUS] Ketua IDAI Bicara soal PTM 100 Persen Saat COVID-19 Naik LagiIlustrasi sekolah tatap muka (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Sudah hampir dua tahun mengalami pandemik. Anak-anak dan orang tua sudah bosan belajar via daring. Kami sangat memahami kondisi tersebut. Tapi kesehatan anak itu tetap prioritas nomor satu. Kalau kita lihat, pascaliburan nataru biasanya diikuti lonjakan kasus COVID-19 apalagi tidak ada penyekatan.

Nah pada waktu-waktu seperti ini, apalagi usia 6-11 tahun yang vaksinasinya baru satu kali, menurut kami belum aman untuk pembelajaran tatap muka. Karena menurut teori imunologi, vaksinasi itu bisa dikatakan cukup aman jika sudah diberikan dua dosis, dan dua minggu pascadosis kedua.

Sebenarnya kita bisa menunggu sampai Februari, karena estimasinya anak-anak bisa dapat vaksin lengkap dua dosis. Sehingga kita bisa berharap lebih aman untuk anak-anak. 

Baca Juga: Rekomendasi Terbaru IDAI untuk Pembelajaran Tatap Muka Terbatas 2022

2. IDAI merekomendasikan anak usia 12-18 tahun PTM 100 persen, 6-11 tahun hybrid 50 persen dan di bawah usia 6 tahun tidak direkomendasikan, alasannya kenapa?

[WANSUS] Ketua IDAI Bicara soal PTM 100 Persen Saat COVID-19 Naik LagiKetua Umum IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) (dok.IDAI)

Pertimbangan karena anak usia 6-11 tahun baru satu kali vaksinasi, sehingga kami rekomendasikan hybrid dengan protokol kesehatan. Dengan catatan, angka kasusnya rendah dan tidak ada transmisi lokal. Nanti ketika keadaan berubah, kami tetap rekomendasikan PTM tapi hybrid-nya outdoor. Artinya, ventilasi terbuka, sirkulasi udara bagus.

Kalau anak di bawah usia 6 tahun kami tidak rekomendasikan karena vaksinasinya belum. Ini masih riskan dari sisi teori imunitas.

3. IDAI tak rekomendasikan anak di bawah 6 tahun PTM. Bagaimana mengejar ketertinggalan pembelajaran selama dua tahun pandemik?

[WANSUS] Ketua IDAI Bicara soal PTM 100 Persen Saat COVID-19 Naik LagiIDN Times/Prayugo Utomo

Kami sangat mendukung pendidikan pada anak-anak suatu hal yang penting, karena anak itu kan aset bangsa. Kita lihat banyak sekali terjadi kemunduran sejak ada pembelajaran daring karena pandemik. Namun, bagi kami kesehatan anak prioritas utama. Jadi ketika anak belum kita pastikan aman kesehatannya, pendidikan harus disiasati agar format pendidikan memberikan pembelajaran dengan modifikasi-modifikasi. 

Bukan memindahkan kelas ke laptop, karena pembelajaran pada anak itu banyak. Anak kecil bisa belajar di alam, belajar tentang bintang juga. Jadi dibutuhkan kreativitas dari orang tua dan guru. Pembelajaran yang aman mesti dicarikan baik pihak sekolah juga orang tua ketika anak-anak belum dapat vaksinasi.

Baca Juga: PPKM Naik ke Level 2, PTM 100 Persen di DKI Jakarta Tetap Lanjut

4. Dengan adanya varian baru Omicron, sejauh apa risikonya bagi anak-anak yang saat ini sudah PTM 100 persen?

[WANSUS] Ketua IDAI Bicara soal PTM 100 Persen Saat COVID-19 Naik Lagiilustrasi varian baru COVID-19, Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

Kalau kita lihat karakter virus Omicron ini kan sangat menular dibandingkan varian Delta. Jadi, ketika ada transmisi lokal varian Omicron ditemukan. Pilihan pembelajaran di luar menjadi pilihan terutama bagi anak yang vaksinnya belum lengkap. 

Kami keluarkan rekomendasi juga salah satunya karena Omicron sudah masuk. Pada prinsipnya kalau kesehatan itu adalah upaya preventif. Jangan sampai anak-anak sudah tertular banyak, kemudian menyebar menjadi klaster di sekolah itu sangat tidak kita harapkan ya. 

Karena akan lebih susah mengatasinya, biayanya pun lebih mahal. Kita tidak ingin anak-anak itu menjadi korban hanya karena euforia. Hal-hal seperti ini harus diperhatikan semua pihak.

5. Perlukah dilakukan tes secara berkala sebagai upaya preventif?

[WANSUS] Ketua IDAI Bicara soal PTM 100 Persen Saat COVID-19 Naik Lagiilustrasi tes usap atau PCR swab test (IDN Times/Arief Rahman)

Betul. Mesti ada uji penapisan tiap hari bahkan. Terutama bagi orang tua, guru atau anak-anak yang mengalami gejala. Mesti ada mekanisme pencegahan, supaya ada tracing, testing dan treatment yang betul. Supaya jangan ada dusta di antara kita. 

Kemudian kalau sakit, ada deman atau batuk pilek jangan tidak lapor. Tentu saja itu akan menciptakan bahaya. Apalagi anak-anaknya belum vaksinasi atau pada anak-anak yang ada komorbid. Seperti anak-anak yang obesitas, sekarang dengan era pandemik ini banyak anak-anak yang mengalami obesitas. Obesitas itu komorbid utama sehingga kalau kena COVID-19 bisa kena gejala berat. 

6. Bagaimana orang tua menyikapi PTM 100 persen di tengah bayang-bayang lonjakan kasus, terutama yang berusia di bawah 6 tahun?

[WANSUS] Ketua IDAI Bicara soal PTM 100 Persen Saat COVID-19 Naik LagiSejumlah siswa mengikuti kegiatan sekolah tatap muka (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Sebetulnya mengajari anak gak harus dalam format sekolah formal. Apalagi pada anak usia dini, ada banyak hal misal pergi ke kebun kita bisa ekplorasi pohon, rumput, dan hewan. Di sini perlu kreativitas karena orang tua pendidik awal. Jangan mengandalkan guru terlebih dulu, orang tua guru pertama bagi anak-anaknya. 

Kita dialog dan ajak anak-anak berpikir, diberi game dan kuis, itu juga pendidikan buat anak-anak kita. Jadi mesti pandai, ini uniknya menjadi orang tua di zaman pandemik. Usahakan kalau keluar itu outdoor ke taman, sambil eksplorasi alam. Jadi pembelajaran dengan orang tua ga harus di dalam kelas. Banyak variasinya.

Baca Juga: IDAI Tak Rekomendasi Anak di Bawah 6 Tahun PTM, Ini Kata Pemprov DKI

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya