Anies Baswedan melakukan safari politik ke Tanah Papua pada Kamis (8/12/2022). (instagram.com/aniesbaswedan)
Berikut ini pernyataan lengkap mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut soal batik yang disebut melanggar:
Bapak ibu sekalian, jadilah pendorong perubahan kebiasaan, kebiasaan diubah, kebiasaan didorong. Jangan jadi sekadar mengikuti kebiasaan, kebiasaan ini harus kita lakukan. Bapak-bapak ini ada yang pakai batik, bapak pakai batik biru, Pak Muhammad ini juga pakai batik. Pak Muhammad berdiri sebentar boleh pak, pakai batik. Ini baju tradisional bukan? Iya baju Indonesia.
Bapak ibu saya ingin ajak ingat-ingat sebentar. Bapak ibu sekalian baju laki-laki tradisional itu semua polos, ada nggak baju laki-laki bergambar di masa lalu? Baju laki-laki polos, kalau pun bergambar di Jawa ada yang namanya lurik. Kalau nggak polos putih, polos hitam, polos merah, benar tidak? Polos. Dan yang namanya batik itu dipakainya kain bapak ibu. Batik itu dipakainya untuk sarung, tidak ada orang pakai batik buat baju bapak ibu.
Coba, diingat-ingat, nggak ada. Batik itu dipakainya untuk kain, lalu atasnya kebaya. Kemudian terjadilah pelanggaran atas pakem itu, kain itu yang dipakainya di bawah dipakai untuk baju dan ketika pertama kali digunakan orang menengok ini nggak sopan pelanggaran nggak ngerti pakem, diikuti banyak orang, sekarang jadi baju batik identitas Indonesia.
Pelanggaran itu sekarang menjadi kebiasaan baru. Bapak ibu, di bidang pendidikan mulailah pelanggaran-pelanggaran baru. Itu tapi, kalau kita terkunci dengan pakem dalam tanda kutip, maka nggak muncul kebaruan dan universitas swasta punya ruang terobosan lebih banyak dibanding yang lain. Ruang itu lebih besar untuk melakukan inovasi-inovasi sehingga muncul terobosan-terobosan dalam interaksi dalam proses pembelajaran.