Washington, IDN Times - Kepala Operasi Angkatan Laut AS, Laksamana John Richardson, pada hari Jumat (4/5/2018), menyatakan AL Amerika Serikat dalam waktu dekat akan menghidupkan kembali Armada Kedua mereka di Laut Atlantik Utara.
Armada yang pernah dibubarkan pada tahun 2011 oleh Pentagon, kali ini akan bertugas untuk mengawasi dan mengantisipasi agresi lebih lanjut dari Federasi Rusia, seperti yang dilansir dari Reuters.
Kebangkitan Armada Kedua Angkatan Laut AS untuk pengawasan wilayah Pesisi Timur AS dan Laut Atlantik Utara, menjadi sebuah tanda kekuatan baru militer Amerika Serikat.
Berdasarkan pernyataan Laksamana John Richardson, Armada Kedua kembali diaktifkan karena situasi lingkungan keamanan yang terus berkembang menjadi menantang dan kompleks, dilansir dari Military.com.
Semua ini dapat dilihat dengan permasalahan yang terjadi Suriah dan Ukraina, di mana perubahan dinamis terus terjadi maka diperlukannya sebuah cara atau jalan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, seperti ekspansi Rusia.
Armada Kedua nantinya berpangkalan di Norfolk, Virginia (AS), dan dalam waktu dekat dari 15 personel yang sudah siap diawal akan bertambah menjadi 200. Sedangkan penambahan lainnya akan mengikuti seiring waktu berjalan.
Armada Kedua Angkatan Laut Amerika Serikat sekitar 7 tahun yang lalu pernah dibubarkan oleh Pentagon untuk menghemat anggaran militer dan alasan struktur organisasi. Dilansir dari BBC, pada tahun 2011 Armada Kedua terdiri atas 126 kapal, 4500 pesawat, dan 90 ribu personel.
Awalnya setelah Perang Dunia ke-2, Armada ini dibentuk dan ditugaskan untuk membantu NATO pada tahun 1950, menghadapi ancaman Uni Soviet. Sekarang dengan dibangkitkannya kembali Armada Kedua Amerika Serikat, mereka harus bertanggung jawab untuk menjaga wilayah seluas 17m sq km di Laut Atlantik Utara.
Ancaman Rusia menjadi fokus utama mengapa AS mengaktifkan kembali Armada Kedua mereka. Permasalahan Ukraina hingga Suriah yang melibatkan Rusia di dalam setiap konfliknya, membuat AS khawatir militer Rusia akan melancarkan ekspansi baru yang akan mengancaman kestabilan Pesisir Timur AS dan Laut Atlantik Utara.
Sebagai satu-satunya armada angkatan laut terkuat di dunia, AS selalu berupaya untuk menjamin eksistensinya tetap terjaga. Karena hal itulah, mengapa tidak hanya Rusia yang menjadi fokus tetapi Republik Rakyat Tiongkok juga masuk ke dalam daftar fokus pertahanan militer AS.
Sikap RRT di Laut Tiongkok Selatan yang begitu menantang, ikut mengambil bagian mengapa pendekatan yang digunakan AS sedikit berbeda dari biasanya.
Pemerintah AS pun memastikan akan melakukan segala cara untuk menghalangi semua upaya kedua negara tersebut yang bisa mengancam keamanan, terutama keberadaan Angkatan Laut Rusia di Baltik, Atlantik, dan Kutub Utara.