TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

2 Staf Hilang, Save the Children Tangguhkan Operasi Myanmar

Penangguhan operasi hanya dilakukan di Kayah Chin, Myanmar

potret kendaraan yang telah dibakar oleh militer Myanmar pada 24 Desember 2021 (twitter.com/entre_guerras_)

Jakarta, IDN Times - Organisasi amal internasonal Save the Children menangguhkan operasinya di wilayah konflik Kayah setelah 2 stafnya hilang akibat serangan militer Myanmar pada Sabtu (25/12/2021). Serangan yang dilakukan militer junta Myanmar tersebut setidaknya menewaskan 30 orang. Puluhan korban meninggal diketahui termasuk anak-anak dan wanita. 

Kebanyakan dari para korban meninggal akibat terbakar dalam serangan tersebut. Belum diketahui secara pasti apakah 2 staf Save the Children yang hilang apakah termasuk korban yang meninggal akibat serangan tersebut. 

1. Dua staf Save the Children mengunjungi desa yang terkena konflik untuk liburan Tahun Baru

Dua orang staf Save the Children diketahui berkunjung ke desa yang terletak di Provinsi Kayah bagian timur untuk menikmati libur Tahun Baru. Sayangnya, kedua staf tersebut berkunjung di waktu yang salah karena militer junta Myanmar telah melancarkan serangan di daerah tersebut pada Sabtu (25/12/2012). Para militer setempat dilaporkan telah memaksa orang-orang untuk keluar dari mobil,  menangkap, dan membakar orang yang ditangkap tersebut.

Dilansir NBC News, Save the Children mengatakan "Kami mendapatkan konfirmasi bahwa kendaraan pribadi mereka diserang dan terbakar". Save the Children sendiri mengklaim bahwa setidaknya terdapat 38 korban tewas akibat serangan tersebut. 

Investigasi terkait insiden tersebut oleh Save the Children hingga saat ini masih berlangsung. Di sisi lain, militer Myanmar mengatakan serangan tersebut telah membunuh teroris bersenjata di daerah tersebut. 

Baca Juga: Myanmar: Pemerintah Bayangan Pakai Crypto Jadi Mata Uang Resmi

Dilansir laman resmi Save The Children, organisasi amal internasional itu mengutuk serangan tersebut. Serangan yang dilakukan militer Myanmar itu telah merusak asas kemanusiaan. "Investigasi mengenai insiden tersebut masih berlanjut tetapi penyerangan terhadap pekerja sosial tidak dapat ditoleransi", ujar Inger Ashing kepala eksekutif Save the Children. 

Save the Children sendiri diketahui sudah beroperasi di Myanmar sejak tahun 1995 dengan melakukan berbagai tugas kemanusiaan seperti menyediakan nutrisi, pendidikan, dan menjalankan program anak.

Dengan adanya insiden tersebut, organisasi tersebut menangguhkan operasi di daerah Kayah Chin. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir resiko keselamatan saat para staff mereka di sana sedang bertugas. 

2. Save the Children mengutuk serangan yang dilakukan militer Myanmar

Baca Juga: Tentara Myanmar Tabraki Massa Aksi Protes di Yangon

Verified Writer

Anoraga Ilafi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya