Chile Akan Tutup 4 PLTU Batu Bara Hingga 2025
Sebagai upaya peningkatan dekarbonisasi energi di Chile
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Santiago, IDN Times - Pemerintah Chile mengumumkan penutupan empat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu bara hingga empat tahun ke depan. Keputusan ini untuk mendukung upaya peningkatan dekarbonisasi energi di Chile dan diharapkan dapat mencapai target emisi nol karbon pada 2050.
Sebelumnya Chile juga sudah meresmikan PLTS Termosolar pertama di Amerika Latin yang menjadi salah satu upaya mendukung dekarbonisasi dan meningkatkan penggunaan energi bersih dari sumber terbarukan.
1. Penutupan empat PLTU diprediksi dapat menurunkan 6 juta ton emisi CO2
Presiden Chile Sebastián Piñera mengumumkan pada hari Selasa (06/07/2021) untuk menutup empat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu bara lebih awal dari rencana semula. Sesuai rencana tersebut empat PLTU di Chile akan ditutup pada 2025, demi mendukung rencana dekarbonisasi sistem energi.
Keputusan penutupan empat PLTU Batu bara ini juga sejalan dengan rencana awal pemerintah untuk menutup seluruh pembangkit tersebut pada 2040. Sesuai progres ini, maka sebesar 1.097 MW energi akan dihentikan atau sama dengan 20 persen kapasitas energi di Chile saat ini. Maka nantinya hanya akan ada 10 dari 28 PLTU yang beroperasi antara 2026-2040.
Sesuai dengan pengumuman ini, pemerintah menginginkan penurunan emisi sebesar 6 juta ton CO2. Penurunan ini sama dengan menghilangkan 2,4 juta kendaraan pribadi dari sirkulasi di seluruh jalanan di Chile, dikutip dari laman DW.
Baca Juga: Wanita Asli Mapuche Dipercaya Rancang Konstitusi Baru Chile
Dilaporkan dari The Rio Times, keempat PLTU Batu bara yang akan ditutup lebih awal meliputi Angamos 1 dan 2 yang berlokasi di Mejillones, Antofagasta. Kemudian Nueva Ventanas dan Campiche yang terletak di Puchuncavi, Valparaiso.
Keempat PLTU tersebut terletak di area aglomerasi industri yang tak jauh dari permukiman warga dan dijuluki dengan zona kritis. Pada area tersebut diketahui tingkat emisi sangat jenuh dan memiliki kualitas udara yang di bawah standar, meski sudah direncakan untuk upaya dekontaminasi metode lain.
Bahkan diketahui penduduk pada area tersebut memiliki konsekuensi terpapar masalah kesehatan. Bahkan sudah terjadi beberapa insiden keracunan yang disebabkan limbah yang dibuang pada lingkungan, pantai serta berdampak pada anak-anak dan remaja.
Baca Juga: Australia Setuju Ekstradisi Adriana Rivas ke Chile
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.