TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ingin Tingkatkan Angka Kelahiran, China Perketat Larangan Aborsi

China juga membolehkan memiliki maksimal 3 anak

Ilustrasi wanita hamil. (Pixabay.com/StockSnap)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah China pada Senin (27/9/2021) mengumumkan akan mengurangi jumlah tindakan aborsi dengan alasan non-medis. 

Beberapa bulan lalu, China juga merilis kebijakan yang mengizinkan pasangan suami-istri memiliki tiga orang anak.  

Baca Juga: Untuk Pertama Kalinya Sejak 1865, San Marino Kini Legalkan Aborsi

1. China memberlakukan langkah-langkah ketat bertujuan mencegah aborsi

Dilansir dari The Guardian, kebijakan mengurangi tindakan aborsi merupakan cara China untuk mengembalikan angka kelahiran anak yang sedang mengalami penurunan. 

China juga memberlakukan langkah-langkah ketat yang bertujuan mencegah aborsi, termasuk selektif dalam jenis kelamin. Otoritas kesehatan pada 2018 memperingatkan bahwa aborsi untuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan berbahaya bagi tubuh perempuan dan berisiko menyebabkan kemandulan.

Dewan Negara Bagian mengatakan pedoman baru bertujuan untuk meningkatkan akses keseluruhan perempuan ke layanan kesehatan pra-kehamilan. Beberapa peneliti mengidentifikasi rendahnya angka kelahiran sebagai permasalahan China dalam beberapa dekade ke depan. 

Data Komisi Kesehatan Nasional menunjukan, pada 2014-2018 rata-rata terjadi 9,7 juta aborsi setiap tahunnya, naik sekitar 51 persen dari rata-rata yang terjadi sepanjang 2009-2013, meskipun ada relaksasi kebijakan keluarga
berencana pada 2015 lalu.

Data tersebut tidak merinci berapa banyak tindakan aborsi untuk alasan medis.

Baca Juga: China Rilis 102 'Catatan Kriminal' AS di Hong Kong

2. China tetap menjadi negara yang paling padat di dunia

Suasana di sekitar wilayah Beijing, Tiongkok. (Pixabay.com/PublicDomainPictures)

China tetap menjadi negara terpadat di dunia, tetapi sensus terakhir menunjukkan
pertumbuhan populasi dari 2011 hingga 2020 lalu adalah yang paling lambat sejak 1950-an dan diperkirakan akan lebih melambat beberapa tahun ke depan. 

Inisiatif kebijakan terbaru menyoroti kekhawatiran China tentang tingginya jumlah aborsi, yang telah didorong oleh kebijakan keluarga berencana. Selama beberapa dekade terakhir, penghentian telah digunakan bersamaan dengan kontrasepsi serta sterilisasi untuk menjaga pertumbuhan populasi.

Menurut statistik pemerintah setempat, dokter di China melakukan 336 juta aborsi pada 1971 hingga 2013 lalu.

Aborsi selektif jenis kelamin adalah hal yang biasa, yang berarti China telah
mengalami ketidakseimbangan gender yang besar dengan selisih 30 juta lebih banyak laki-laki dibanding perempuan.

Pergeseran ke arah lebih banyak batasan pada aborsi telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir.

Provinsi Jiangxi mengeluarkan pedoman pada 2018 yang menetapkan bahwa perempuan hamil lebih dari 14 minggu harus menandatangani persetujuan dari tiga profesional medis sebelum melakukan penghentian.

Baca Juga: AS-Tiongkok Ribut di Dewan Keamanan PBB Gegara Laut Tiongkok Selatan

Verified Writer

Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya