TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

WHO Tunjuk Malaysia Uji Coba Pengobatan COVID-19, Ada Obat Malaria-HIV

Malaysia dirasa mampu uji coba obat virus corona

Ilustrasi (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)

Jakarta, IDN Times - Organisasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjuk Malaysia sebagai salah satu negara untuk melakukan uji coba keefektifan obat baru virus corona atau COVID-19.

Dewan Keamanan Nasional (NSC) menyatakan, Malaysia akan melakukan uji coba keefektifan obat Remdesevir, jika digunakan sebagai sebuah opsi pengobatan pada pasien virus corona.

Hingga kini belum ditemukan vaksin untuk mengobati pasien virus corona. Oleh karenanya, para peneliti di berbagai negara masih mencari vaksin COVID-19, uji coba obat untuk mengobati pasien virus mematikan itu.

Yang perlu kamu perhatikan jika terpaksa keluar dari rumah. (IDN Times/Sukma Shakti)

Baca Juga: Riau Buka Akses untuk Pemulangan TKI dari Malaysia

1. Malaysia dirasa mampu melakukan uji coba obat COVID-19

Petugas menyemprotkan desinfektan di sebuah pasar untuk menghambat penularan virus corona baru, di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 24 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Lim Huey Teng

NSC menyatakan Malaysia ditunjuk melakukan suatu uji coba tersebut, lantaran Kementerian Kesehatan Malaysia dinilai mampu melakukan penelitian tersebut.

"Kementerian Kesehatan akan merawat pasien COVID-19 dengan menggunakan sebuah obat baru, Remdesevir. Kami tentunya akan memantau segala efek samping serta keefektivitasan obat itu," ujar Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah, dikutip dari The Straits Times, Sabtu (28/3).

2. Uji Coba obat COVID-19 melibatkan ribuan pasien dari sejumlah negara

Simulasi penanganan pasien virus corona di RSUP dr Kariadi Semarang. (ANTARA FOTO/Aji Styawan)

Dalam sebuah unggahan Facebooknya, Noor Hisham menuliskan, WHO mengumumkan uji coba global besar, yang disebut dengan Solidaritas. Uji coba tersebut dilakukan untuk mengetahui jenis obat apa yang efektif untuk mengobati pasien COVID-19.

"Uji coba ini adalah upaya yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kita harus melakukan suatu dorongan habis-habisan yang terkoordinasi untuk mengumpulkan data ilmiah yang kuat dan cepat selama pandemi," kata Noor Hisham.

"Studi ini juga mencakup ribuan pasien di puluhan negara, serta telah dirancang dengan sesederhana mungkin, sehingga rumah sakit yang merasa kewalahan dalam menangani pasien COVID-19 dapat ikut berpartisipasi," lanjut dia.

Baca Juga: Gubernur Minta TKI Sumbar dari Malaysia Dikarantina Dulu di Natuna

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya