TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Afrika Barat Terancam Ebola, Marburg dan COVID-19 Sekaligus

Kewaspadaan meningkat karena ancaman multi-wabah

Ilustrasi penanganan pasien dalam ruang isolasi akibat virus menular. (Pixabay.com/bhossfeld)

Yamoussoukro, IDN Times - Negara Afrika Barat yakni Pantai Gading baru saja melaporkan telah menemukan infeksi virus Ebola pertama dalam 25 tahun terakhir. Negara tersebut kemudian bergerak untuk melakukan pelacakan, penyelidikan dan vaksinasi.

Infeksi virus Ebola ditemukan pada seorang gadis berusia 18 tahun yang telah melakukan perjalanan dari Guinea. Guinea kemudian melakukan isolasi terhadap 58 orang yang telah menjalin kontak dengan gadis tersebut selama perjalanan ke Pantai Gading.

Dengan penemuan baru infeksi virus Ebola di Guinea dan Pantai Gading, WHO khawatir bahwa sistem layanan kesehatan di Afrika Barat itu akan tertekan. Hal ini karena negara-negara tersebut sedang berjuang untuk mencegah sebaran infeksi virus mematikan COVID-19.

1. Prihatin dengan Afrika Barat

Menurut The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), infeksi virus Corona di negara-negara Afrika Barat sampai 23 Juli 2021 mencapai 542.136 kasus. Mereka yang meninggal sebanyak 7.401.

Nigeria adalah yang paling parah terdampak. Sedangkan infeksi COVID-19 di Pantai Gading ada 52.936 kasus yang dikonfirmasi. Sebanyak 373 orang meninggal dunia.

Guinea yang bertetangga dengan Pantai Gading memiliki jumlah infeksi COVID-19 sebanyak 28.428 kasus dan mereka yang meninggal dunia sebanyak 302 orang.

Dengan sebaran infeksi yang mencapai puluhan ribu tersebut, kini dua negara itu juga terancam virus lama yang bangkit kembali, yakni virus Ebola. Lebih dari 50 orang telah diketahui melakukan kontak dengan seorang gadis yang terinfeksi Ebola, yang ditemukan di Pantai Gading.

Melansir Al Jazeera, direktur regional WHO untuk Afrika yang bernama Dr. Matshidiso Moeti, pada hari Kamis (19/8) mengatakan "kami sangat prihatin dengan Afrika Barat. Memerangi banyak wabah adalah tantangan yang kompleks."

Pihak otoritas kesehatan Guinea juga mengkonfirmasi pekan lalu bahwa ada satu warganya yang meninggal akibat demam Marburg, sebuah demam yang mirip dengan yang diakibatkan virus Ebola.

Moeti mengatakan "Afrika menghadapi lebih banyak wabah penyakit menular setiap tahun dari pada wilayah lain," ujarnya.

Baca Juga: Pantai Gading Laporkan Kasus Ebola Pertama Sejak 1994

2. Kontak dengan suspek terinfeksi Ebola, sementara tidak menunjukkan tanda-tanda ternfeksi virus

Wabah Ebola adalah wabah yang pertama kali ditemukan di Sudan dan Kongo pada tahun 1976. Wabah itu menyebar di Afrika dan menimbulkan ribuan kematian. Ebola menyebabkan demam parah dan, dalam kasus terburuk, pendarahan tak terbendung.

Model penularan wabah tersebut lewat kontak dengan cairan tubuh, dan orang-orang yang tinggal bersama atau merawat pasien adalah yang paling berisiko.

Pada pertengahan tahun 1990-an, wabah Ebola menunjukkan penurunan yang terkendali dengan adanya vaksin. Namun ketika wabah tersebut muncul kembali antara tahun 2013 sampai 2016, sekitar 11.300 orang tewas di seluruh Afrika Barat. Sebanyak 2.300 orang meninggal di Guinea.

Pada 14 Agustus lalu, Pantai Gading yang mengumumkan menemukan infeksi Ebola segera melakukan tindakan yang cepat untuk mengisolasi dan merawat orang tersebut.

Elhadj Mamadou Houdy Bah, direktur kesehatan regional mengatakan "58 kontak telah diidentifikasi. Kabar baiknya adalah tidak satupun dari mereka menunjukkan tanda-tanda (Ebola) saat ini, semuanya sedang diikuti," kutip Al Jazeera.

Selain itu, ada tiga kasus suspek yang pada akhirnya dinyatakan negatif. Enam kontak berisiko tinggi telah dikarantina dan 131 kontak terdaftar. Tidak ada kematian yang dilaporkan, menurut WHO.

Baca Juga: Pemerintah Guinea Kerja Cepat Batasi Penyebaran Ebola

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya