Pembicaraan Perdamaian Ukraina Dibuka di Malta, Rusia Absen
Moskow: Acara di Malta terang-terangan anti-Rusia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Acara untuk membicarakan rencana usulan 10 poin perdamaian Ukraina digelar di Malta pada Sabtu (28/10/2023). Perwakilan 66 negara hadir dalam acara tersebut. Tapi, perwakilan Rusia tidak ikut serta.
Pembicaraan rencana perdamaian Rusia-Ukraina sebelumnya telah digelar dalam perundingan kecil di Kopenhagen dan Jeddah. Pada Juni, ada 15 peserta yang hadir dalam pertemuan di Kopenhagen dan meningkat menjadi 45 peserta saat putaran kedua digelar di Jeddah pada Agustus.
Diantara poin dari rencana tersebut yakni seruan untuk pemulihan integritas wilayah Ukraina, penarikan pasukan Rusia, perlindungan pasokan makanan dan energi, keselamatan nuklir dan pembebasan semua tahanan.
Baca Juga: Malta Dituduh Sengaja Abaikan Sinyal Darurat Kapal 500 Migran
Baca Juga: Rusia Minta DK PBB Rilis Resolusi Baru soal Palestina-Israel
1. Malta yang netral dukung pemulihan integritas wilayah Ukraina
Malta yang cenderung netral, telah menjadi tuan rumah penyelenggaraan rencana pembicaraan perdamaian Ukraina. Sebagian pejabat hadir secara tatap muka, dan sebagian lain mengikui secara virtual.
Dilansir Reuters, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan dalam pidatonya, dia merindukan suatu hari ketika sejarah umat manusia hanya merupakan sejarah perdamaian sesuai dengan Piagam PBB.
"Di sini, di Ukraina, Timur Tengah, dan negara-negara Afrika, jawaban atas pertanyaan ini adalah tangisan para ibu yang menguburkan putra dan putri mereka yang tewas dalam perang, dan keputusasaan anak-anak yang menjadi yatim piatu akibat perang," kata Zelenskyy.
Ian Borg, Menteri Luar Negeri Malta, mengatakan negaranya merupakan negara netral, tetapi akan menunjukkan dukungannya terhadap upaya pemulihan integritas wilayah Ukraina.
"Meskipun merupakan negara netral, kami tidak bisa tidak mengutuk ketidakadilan, kekejaman dan penyalahgunaan kekuasaan di kawasan ini. Kami tetap berada di garis depan dalam mengutuk agresi ini," kata Borg.
Baca Juga: Jurnalis Rusia yang Protes Perang Ukraina Dihukum 8,5 Tahun Penjara
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.