TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Polisi Myanmar Tembak Mati Demonstran Perempuan yang Menentang Kudeta

Polisi juga menahan jurnalis yang meliput demonstrasi

Kendaraan bersenjata Tentara Myanmar berkendara melewati sebuah jalan setelah mereka mengambil kekuasaan dalam sebuah kup di Mandalay, Myanmar, Selasa (2/2/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer)

Jakarta, IDN Times – Polisi Myanmar dilaporkan telah menembak mati seorang perempuan dan menahan puluhan orang yang mengikuti demo menolak kudeta militer di negara itu pada Sabtu (27/2/2021). Langkah polisi itu menandakan tindakan keras terbaru yang mereka lakukan dalam demo yang telah berlangsung selama tiga pekan terakhir di Myanmar.

Menurut the Strait Times, polisi telah diturunkan di kota-kota besar dan kecil negara itu sejak Sabtu pagi dengan tujuan untuk membubarkan protes.

Baca Juga: Lawan Militer, Dubes Myanmar untuk PBB Minta Dunia Batalkan Kudeta

Baca Juga: Lawan Militer, Dubes Myanmar untuk PBB Minta Dunia Batalkan Kudeta

1. Polisi menahan demonstran

Ilustrasi warga Myanmar berunjuk rasa di Yangoon, Myanmar pada Sabtu, 30 Januari 2021 (ANTARA FOTO/REUTERS/Shwe Paw Mya Tin)

Sejumlah saksi mata mengatakan polisi telah bersiaga di tempat demonstran di kota Yangon dan mereka menahan orang-orang saat mulai berkumpul.

“Beberapa jurnalis ditahan,” katanya.

Bentrokan antara demonstran dengan polisi juga tidak bisa dihindari karena ada lebih banyak orang yang terjun ke jalan untuk berdemonstrasi meskipun ada operasi polisi.

Baca Juga: Membentengi Myanmar secara Digital, Strategi Militer Menguasai Negeri

2. Seorang perempuan ditembak

Pengunjuk rasa menggelar aksi protes terhadap kudeta militer di Kota Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2/2021). Mereka menuntut pembebasan pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/wsj.

Tiga media negara itu mengatakan seorang wanita ditembak dan dibunuh di pusat kota Monwya. Situasi penembakan tidak jelas dan polisi tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Sebelumnya, seorang pengunjuk rasa di kota itu mengatakan polisi telah menembakkan meriam air saat mereka mengepung kerumunan.

“Mereka menggunakan meriam air untuk melawan pengunjuk rasa yang damai - mereka tidak boleh memperlakukan orang seperti itu,” kata Aye Aye Tint kepada Reuters.

Laporan menyebut ada ratusan ribu pengunjuk rasa yang turun berdemo ke jalan-jalan. Pemimpin Junta Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan pihak berwenang menggunakan kekuatan yang minimal. Namun demikian, setidaknya tiga pengunjuk rasa dilaporkan telah tewas hingga Sabtu. Tentara mengatakan seorang polisi tewas dalam kekerasan sebelumnya.

Baca Juga: Ini Alasan Thailand Tak Ingin Kudeta Myanmar Diintervensi Asing

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya