TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jika Kasus COVID-19 Harian Tembus 100, Malaysia Siap Lockdown Lagi

Malaysia khawatir Hari Raya Iduladha akan berdampak buruk

Petugas menyemprotkan desinfektan di sebuah pasar yang ditutup untuk menghambat penularan virus corona di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 24 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Lim Huey Teng

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Malaysia berencana memberlakukan lockdown lagi, jika jumlah kasus COVID-19 yang dilaporkan mencapai lebih dari 100 per hari. Pernyataan tersebut disampaikan otoritas kesehatan Malaysia pada Minggu 26 Juli 2020.

Pada 18 Maret lalu, saat kasus COVID-19 harian tembus hingga lebih dari 100 selama beberapa hari sebelumnya, Kuala Lumpur menerapkan Movement Control Order (MCO). Aturan untuk membatasi pergerakan penduduk dengan tujuan utama menekan laju penyebaran virus corona itu berjalan hingga minggu kedua Juni 2020.

Baca Juga: Malaysia Pulangkan 19 Ribu Pekerja Migran Ilegal Termasuk 8.575 TKI

1. Jumlah kasus virus corona kembali meningkat

Suasana di Batu Cave, Kuala Lumpur, Malaysia, pada 15 Juli 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Lim Huey Teng

Setidaknya sejak awal Juli, kasus COVID-19 harian di Malaysia cukup konsisten berada di bawah 20 kasus. Namun, pada Sabtu 25 Juli 2020, otoritas berwenang mengonfirmasi ada 23 kasus baru. Sehari sebelumnya, ada 21 kasus yang dilaporkan. Sementara, pada Rabu 23 Juli 2020 dan Kamis 24 Juli 2020, masing-masing ada 16 dan sembilan kasus.

Ini membuat pemerintah waswas akan ada tren peningkatan kasus lagi dalam beberapa waktu mendatang. "Jika kasus mencapai tiga digit, kami tak punya pilihan lain, selain memberlakukan MCO kembali dan kita lihat nanti," kata Menteri Senior Ismail Sabri Yaakob, seperti dikutip kantor berita Bernama.

Sekarang, secara umum, Malaysia mengizinkan mayoritas usaha untuk beroperasi tapi tetap wajib mematuhi protokol-protokol kesehatan. Misalnya, petugas wajib memeriksa suhu badan pengunjung mal, perkantoran, dan pertokoan. Pemerintah juga memakai aplikasi khusus untuk melacak semua kunjungan.

2. Pemerintah menilai publik bersikap mudah puas sehingga kasus meningkat lagi

Petugas menyemprotkan desinfektan di sebuah pasar yang ditutup untuk menghambat penularan virus corona di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 24 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Lim Huey Teng

Berdasarkan data yang dihimpun John Hopkins University, terakhir kali Malaysia melaporkan kasus COVID-29 di atas 100 pada 4 Juni 2020. Kala itu, ada 277 kasus yang dikonfirmasi.

Ismail mengatakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan kasus adalah rasa mudah puas yang ditunjukkan masyarakat. Apalagi akhir minggu ini adalah Hari Raya Iduladha yang merupakan salah satu hari besar yang penting bagi umat Islam.

"Ini karena publik sudah lupa apa yang harus dilakukan saat kami melonggarkan prosedur operasional standar, dan jumlah kasus mulai meningkat lagi. Apa yang membuat kami khawatir sekarang adalah mungkin nanti takkan ada jaga jarak selama prosedur penyembelihan [hewan kurban] dan tradisi berkumpul setelahnya selama Iduladha," kata dia.

Baca Juga: Malaysia Berhasil Pulangkan 62 Jemaah Tablig dari India 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya