TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kasus COVID-19 Baru di Itaewon, Komunitas LGBT Resah

Ribuan dilacak usai ada pengunjung bar gay positif COVID-19

Pasangan berfoto di sebuah taman bermain di Seoul, Korea Selatan, saat pandemik COVID-19 pada 30 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji

Seoul, IDN Times - Pemerintah Korea Selatan sedang berjuang menghadapi potensi gelombang kedua wabah virus corona setelah pada akhir pekan kemarin melaporkan lonjakan kasus selama dua hari berturut-turut.

Terakhir, berdasarkan data otoritas kesehatan setempat, ada 35 kasus COVID-19 baru per Minggu malam (10/5). Ini merupakan angka tertinggi di Korea Selatan dalam beberapa minggu terakhir. Namun, di balik perkembangan terbaru ini muncul persoalan lain yang meresahkan komunitas LGBT di negara tersebut.

Baca Juga: Kekhawatiran Korsel yang 70 Persen Ekonominya Bergantung pada Industri

1. Media Korea Selatan gencar memberitakan pasien COVID-19 yang mengunjungi bar gay

Pasangan berfoto di sebuah taman bermain di Seoul, Korea Selatan, saat pandemik COVID-19 pada 30 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji

Seperti dilaporkan Reuters, sebanyak 79 dari kasus-kasus baru tersebut berhubungan dengan klaster di sejumlah bar dan klub malam di kawasan hiburan Itaewon, Seoul, yang banyak digemari oleh pelanggan LGBT. Media Korea Selatan seperti Kookmin Ilbo gencar memberitakan tentang seorang laki-laki homoseksual yang mengunjungi tiga bar pada awal Mei.

Rupanya, setelah kunjungan tersebut ia dinyatakan positif terinfeksi virus corona. Media-media lokal secara terbuka mengungkap identitasnya dan sejumlah pelanggan lain, termasuk di mana mereka bekerja. Kemudian, melansir The Guardian, seorang laki-laki lain juga dikonfirmasi positif usai mendatangi sauna khusus komunitas LGBT di kawasan trendi Gangnam. Tajuk berita yang kental homophobia pun beredar luas.

2. Komunitas gay khawatir dengan keselamatan mereka

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berpidato pada peringatan tiga tahun pelantikannya sebagai Presiden di Istana Kepresidenan Blue House di Seoul, Korea Selatan, pada 10 Mei 2020. ANTARA FOTO/ Kim Min-Hee/Pool via REUTERS

Akibat meluasnya narasi negatif terhadap pasien COVID-19 yang baru terinfeksi setelah mereka beraktivitas, stigma di masyarakat juga mengkhawatirkan. Banyak warga yang tergolong sangat minoritas di Korea Selatan itu mengaku resah dengan keselamatan mereka.

Salah satu laki-laki gay mengatakan kepada The Guardian bahwa ia menyesal mengunjungi Itaweon.

"Saya mengakui itu adalah suatu kesalahan besar untuk mendatangi distrik gay saat situasi [virus] corona belum berakhir," kata dia.

"Akan tetapi, datang ke area itu merupakan satu-satunya waktu saat saya bisa jadi diri sendiri dan bertemu orang lain yang sama dengan saya. Selama seminggu ini, saya harus pura-pura menyukai perempuan," tambahnya.

Masyarakat Korea Selatan sendiri memang terbilang masih konservatif dan belum menerima keberadaan komunitas LGBT di tengah mereka. Apalagi sistem pelacakan kontak yang dipakai pemerintah untuk merespons wabah virus corona cukup memudahkan penduduk mengetahui pergerakan satu sama lain.

Persoalan ini mengundang perhatian Menteri Kesehatan Yoon Tae-ho. Ia mengingatkan tujuan dari sistem itu bukan untuk mempermalukan atau mendiskriminasi kelompok LGBT.

"Kami merilis pergerakan pasien-pasien yang terkonfirmasi [positif COVID-19] untuk mendorong siapa saja yang mungkin terpapar agar secara sukarela melakukan tes," kata Yoon, seperti dikutip oleh Yonhap.

"Kami mengimbau Anda sekalian menahan diri dari menyebarluaskan informasi-informasi personal milik para pasien atau rumor-rumor tak berdasar yang tidak hanya menyakiti mereka, tapi juga bisa membuat Anda mendapatkan hukuman," tegasnya lagi.

Baca Juga: Presiden Korsel Imbau Warga Siap-Siap Hadapi Gelombang Kedua COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya