TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

WHO: Kita Semua Ingin Ini Berakhir, Tapi Pandemik Masih Jauh dari Usai

"Terus lakukan tes, lacak, isolasi dan karantina"

(Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus) REUTERS/Denis Balibouse

Jakarta, IDN Times - Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan virus corona masih akan menginfeksi banyak orang bila pemerintah tidak mulai menerapkan kebijakan yang tepat. Pesan Tedros agar bisa mencegah COVID-19 semakin meluas yaitu tes, lacak, isolasi dan karantina.

Namun, seperti yang diprediksi, pandemik tidak semakin melambat. Justru angka individu yang terpapar COVID-19 semakin meningkat dan menembus 10 juta. Padahal, COVID-19 kali pertama diumumkan bermula dari Tiongkok enam bulan lalu. 

"Kita semua ingin ini berakhir. Kita semua ingin kembali ke kehidupan normal. Tetapi, kenyataan yang sulit adalah, ini semua belum akan berakhir," ungkap Tedros ketika memberikan briefing pada Senin (29/6) dan dikutip dari stasiun berita BBC

Ia melanjutkan, kendati banyak negara telah berhasil membuat kemajuan, tetapi secara global pandemik masih jauh dari kata usai. Tedros juga mewanti-wanti dengan angka kematian di seluruh dunia yang menembus 500 ribu justru menunjukkan kurangya persatuan dan solidaritas global di antara negara-negara di dunia. 

"Dunia yang terpecah sesungguhnya membantu virus terus menyebar dan kondisi terburuk belum terjadi," kata dia lagi. 

Lalu, negara mana saja yang dilaporkan dalam kondisi terburuk menghadapi pandemik COVID-19?

Baca Juga: Kasus COVID-19 di Amerika Diprediksi Bisa Lebih dari 20 Juta

1. Tiga negara dengan kondisi pandemik terburuk yakni Amerika Serikat, Brasil dan Inggris

ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Jumlah kasus COVID-19 di Amerika Serikat telah menembus angka 2,5 juta. Sementara, angka pasien yang meninggal mencapai 126 ribu orang. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan penyebaran infeksi di negara lainnya. 

Kenaikan kasus dalam jumlah yang sangat signifikan, khususnya di daerah selatan, terjadi usai pembatasan pergerakan manusia dicabut. Kenaikan yang signifikan di AS menyebabkan pejabat yang berwenang di Texas, Florida, dan negara bagian lain kembali memberlakukan kebijakan pembatasan pergerakan manusia. 

Sementara, negara kedua dengan kondisi pandemik terburuk adalah Brasil. Stasiun berita BBC, Selasa (30/6) melaporkan kini angka kasus positif di Negeri Samba itu mencapai 1,3 juta. Di mana 57 ribu pasien di antaranya dilaporkan meninggal dunia. 

Pada Senin (29/6) kemarin, ibukota Brasil, Brasilia memberlakukan keadaan darurat usai terus terjadi peningkatan kasus positif yang signifikan. Peristiwa itu tidak terlepas dari aturan dari otoritas setempat yang melonggarkan pembatasan pergerakan manusia dan pada awal bulan ini. Bahkan, dalam kondisi kasus positif COVID-19 yang terus naik, toko-toko justru diizinkan untuk dibuka. 

Sementara, Inggris menjadi negara di bagian barat Eropa yang paling banyak menyumbang kasus COVID-19. Berdasarkan data dari situs World O Meter, ada 311.965 pasien yang terpapar COVID-19. Sebanyak 43.575 di antaranya meninggal dunia. 

2. Pemulihan ekonomi di AS tergantung dari cara pemerintah mengatasi pandemik COVID-19

(Ilustrasi Bursa Efek di New York) ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Segar

Sementara, Kepala Bank Sentral Amerika Serikat, Jerome Powell, mengatakan pemulihan ekonomi di Negeri Paman Sam sangat bergantung kepada upaya pemerintah untuk mengatasi pandemik COVID-19. 

"Kini jalan untuk pemulihan ekonomi benar-benar tidak pasti dan akan bergantung kepada cara kita untuk bisa mengatasi penyebaran virus corona," ungkap Powell dalam kesaksian yang disiapkan di sidang House Financial Services Committee pada hari ini dan dikutip dari stasiun berita Al Jazeera

Ia juga menilai perekonomian tidak akan pulih sepenuhnya karena itu semua bergantung kepada rasa percaya untuk kembali melakukan beragam aktivitas. 

Baca Juga: Dirjen Udara: 3 Kursi Belakang Pesawat Jadi Tempat Karantina Penumpang

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya