Etnis Rohingnya Siap Menerima Junta, Asal Diakui Sebagai Warga Negara
Mereka skeptis dengan rayuan manis NUG
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Sejumlah etnis muslim Rohingnya mengaku tidak keberatan bekerja sama dengan siapa saja, termasuk junta militer, asalkan mereka menjamin hak-hak warga negaranya.
Etnis Rohingnya terlanjur skeptis dengan tawaran Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), yang berjanji akan memberikan hak kewarganegaraan jika mereka bergandengan tangan melawan rezim yang saat ini dipimpin oleh Min Aung Hlaing.
"Jika mereka akan memberikan hak kami, kami akan bekerja sama dengan militer, NLD atau NUG. Kami akan bekerja sama dengan siapa pun yang memberikan hak kami,” kata Ko Tun Hla, penduduk Rohingnya yang saat ini berada di kamp pengungsian, dikutip dari The Straits Times.
Baca Juga: Ratusan Pengungsi Rohingya akan Dideportasi India ke Myanmar
1. Rohingnya takut dijadikan sebagai tameng untuk menggalang dukungan internasional
NUG sedang menggalang kekuatan dan dukungan dari masyarakat lokal serta internasional untuk melawan rezim junta, yang didukung secara tidak langsung oleh Tiongkok dan Rusia. Sejumlah etnis Rohingnya merasa, mereka hanya dijadikan sebagai objek penarik simpati dari komunitas internasional.
"Memberi janji dan kemudian mendapat dukungan dari luar negeri, itu seperti memberi umpan untuk ikan," kata Wai Mar, yang telah tinggal di kamp pengungsian selama hampir satu dekade.
Ungkapan Wai Mar merupakan respons atas pemerintahan Aung San Suu Kyi, sebelum dikudeta, yang ternyata gagal memberikan perlindungan kepada etnis Rohingnya. Alih-alih menghukum militer atas pelanggaran kemanusiaan dan upaya genosida, Suu Kyi justru membela para jenderal di hadapan Mahkamah Internasional.
"Kami khawatir kami ada hanya untuk menjadi tameng manusia atau kambing hitam," tambah Wai Mar.
Baca Juga: Pengungsi Rohingnya: Kami Takut Disiksa jika Kembali ke Myanmar