TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IDN Times-RTI Gelar Workshop Kesehatan Mental untuk PMI Taiwan

Acara dihadiri oleh Menaker Ida Fauziyah

Peserta workshop kesehatan mental IDN Times x RTI (Dok. RTI)

Jakarta, IDN Times – IDN Times dan Radio Taiwan International (RTI) menggelar workshop kesehatan mental bertemakan “Manajemen Stres dan Mengelola Homesick” khusus bagi para pekerja migran Indonesia (PMI) di Taiwan pada Minggu (13/8/2023).

Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Ida Fauziyah, hadir secara daring untuk memberikan keynote speech pada acara yang dihadiri sekitar 50 peserta di Markas RTI Taipei.

“Upaya dan langkah-langkah peningkatan mutu pelayanan, penguatan, dan perlindungan bagi PMI harus digiatkan secara bersama. Peran dan partisipasi seluruh pemangku kepentingan sangat penting, sehingga permasalahan dapat diselesaikan secara tuntas tanpa residu,” kata Ida melalui saluran Zoom.

“Kesehatan mental menjadi isu penting untuk diulas, diperbincangkan, mengingat banyak dari ketidaksehatan mental menyebabkan terganggunya kesehatan fisik. Maka dari itu, sekali lagi saya mengapresiasi kegiatan ini,” tambah dia.

Acara yang dihelat dalam rangka Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 ini memberi kesempatan kepada para peserta untuk mencurahkan unek-uneknya. Keluhan mereka pun ditanggapi oleh konselor psikolog IDN Media.

Secara kebijakan, curahan hati mereka juga ditanggapi oleh Direktur Bina Penempatan dan Perlindungan PMI Kementerian Ketenagakerjaan, Rendra Setiawan, yang turut hadir secara luring.  

Baca Juga: Profil Kepala KDEI Taipei Iqbal Shoffan Shofwan

1. Pesan Menaker untuk para PMI

Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah membuka Workshop Mental Health untuk Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Taiwan yang digelar IDN Times bersama Radio Taiwan Internasional (RTI). (IDN Times/Reynaldy Wiranata)

Pada kesempatan yang sama, Ida memberikan semangat kepada para PMI yang telah bekerja keras jauh dari kampung halaman. Meski situasinya berat, Ida mengingatkan bahwa mereka akan membawa banyak pengalaman ketika kembali ke Tanah Air.

“Bekerja di luar negeri, di lingkungan yang asing, tentu tidak mudah. Teman-teman pasti menghadapi masa-masa yang berat. Tapi yakinlah, apa yang teman-teman lakukan sekarang kelak akan membawa pengalaman, keahilan, dan jejaring baru untuk membangun masa depan serta komunitas di mana teman-teman berasal,” kata Ida.

Politikus Partai kebangkitan Bangsa (PKB) itu juga mengingatkan pentingnya memanfaatkan waktu luang demi menghilangkan penat dan tekanan kerja.  

“Pandai-pandailah mengatur waktu, sehingga dapat bekerja dengan optimal, dengan tetap menjaga kesehatan. Kemudian, manfaatkan secara baik waktu istirahat dengan bersosialisasi sesama PMI, masyarakat sekitar. Yang utama, hubungi keluarga di Indonesia untuk mengurangi homesick. Setelah itu bekerjalah dengan kesungguhan, tanggung jawab, dan rasa syukur,” papar dia.

Tidak kalah penting, Ida juga berharap para PMI bisa memanfaatkan kantor perwakilan Indonesia di Taiwan sebagai sarana menyelesaikan berbagai persoalan.

“Jika teman-teman mengalami persoalan atau hal lain yang kiranya membahayakan kondisi, sampaikanlah dengan baik kepada otoritas yang berwenang di Taiwan. Wakil pemerintah Indonesia di Taiwan pasti akan selalu siap membantu teman-teman semua,” demikian pesan ida.

2. Jangan sampai stres dilampiaskan secara negatif

Kepala KDEI Taipei Iqbal Shoffan Shofwan (Dok. RTI)

Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei, Iqbal Shoffan Shofwan, melaporkan bahwa kantornya telah menangani puluhan kasus PMI terkait permasalahan mental.

“Di tahun 2023 sampai bulan 8, KDEI sudah menangani 33 kasus terkait homesick dan stres. Jadi ini patut menjadi perhatian kita bersama. Itu baru angka yang terlapor, terlacak, dan tertangani. Belum lagi kasus yang tida terlaporkan,” kata Iqbal.

Iqbal juga mengamati bahwa permasalahan mental bisa menyerang PMI di berbagai sektor, bukan saja mereka yang bekerja di sektor domestik.

“Apapun profesinya, kita tidak bisa menghindari stres, apakah mereka yang bekerja di ABK (anak buah kapal), buruh harian, atau seperti saya yang di kantoran. Jadi tinggal bagaimana kita mengelola stres, agar ketika stres kita tidak baku hantam,” ungkapnya.

“Ada banyak kasus berantem yang jangan-jangan ini karena stres juga, karena rindu kampung halaman. Akhirnya dilampiaskan dengan cara yang tidak baik,” tambah dia.

Di sisi lain, menurut Iqbal, kondisi Taiwan lebih baik bagi para PMI dibanding negara lain karena jumlah diaspora Indonesia yang besar.

“Di Taiwan ada sekitar 120 rumah makan. Di Taiwan ada 259.558 PMI yang tersebar, sehingga ketika keluar rumah pada Sabtu dan Minggu, tidak sulit mencari teman-teman dari kampung halaman. Tinggal bagaimana kita saling menyapa satu sama lain,” kata Iqbal.

Baca Juga: IDN Media-RTI Tandatangani MoU untuk Pertukaran Informasi dan Budaya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya