TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Nepal Minta Tabung Oksigen Kosong Pendaki Everest untuk Pasien COVID

Nepal kewalahan mencari tabung oksigen

Tenaga kesehatan mengambil sampel tes swab untuk penyakit virus korona (COVID-19) dari polisi lalu lintas sambil duduk di dalam kendaraan pengumpul tes swab di kompleks perkantoran Singha Durbar, yang merupakan kantor Perdana Menteri dan kementerian lainnya, di Kathmandu, Nepal, Rabu (29/7/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Navesh Chitrakar)

Jakarta, IDN Times - Gelombang kedua pandemik COVID-19 menyebabkan Nepal menghadapi krisis oksigen. Saking kekurangannya, Nepal bahkan meminta pendaki Gunung Everest untuk mengembalikan tabung oksigen yang kosong, alih-alih membuang atau meninggalkannya di lereng gunung.

Di tengah berbagai aturan pembatasan, Nepal mengeluarkan izin pendakian kepada lebih dari 700 pendaki untuk 16 puncak Himalaya dan 408 pendki untuk Gunung Everest untuk periode April-Mei. Perizinan itu merupakan salah satu cara pemerintah untuk menyelamatkan ekonomi melalui industri pendakian gunung dan pariwisata.

Dilansir The Hindustan Times dari Reuters, Asosiasi Pendaki Gunung Nepal meminta para pendaki untuk membantu pemerintah menangani lonjakan kasus COVID-19, yang telah membuat sistem kesehatan negara tersebut rapuh. Salah satu bantuan yang diharapkan adalah memberikan tabung oksigen kosong kepada pemerintah Nepal.

Baca Juga: 6 Fakta Menarik Seputar Gurkha, Pasukan Berani Mati dari Nepal

1. Banyak pendaki yang menelantarkan botol oksigennya

Ilustrasi tabung oksigen untuk pasien COVID-19. (Twitter.com/KEVO_WUOD_ADORI)

Pejabat senior Asosiasi Pendaki Gunung Nepal Kul Bahadur Gurung mengatakan, sedikitnya para pendaki telah membawa 3.500 botol oksigen pada musim ini. Botol-botol itu sering kali terkubur dalam longsoran salju atau ditinggalkan di lereng gunung pada akhir ekspedisi.

"Kami mengimbau para pendaki dan sherpa (pemandu atau porter) untuk membawa kembali botol kosong mereka sedapat mungkin, karena dapat diisi ulang dan digunakan untuk perawatan pasien virus corona yang sangat membutuhkan," kata Gurung.

Dilaporkan dari Worldometers, sejauh ini Nepal mencatatkan lebih dari 394.667 kasus per Senin (10/5/2021). Virus corona telah merenggut lebih dari 3.720 nyawa warga Nepal. Pada Minggu (9/5/2021), Nepal melaporkan peningkatan kasus harian mencapai 8.777 infeksi, jumlahnya 30 kali lipat lebih tinggi dibanding penambahan kasus harian 9 April lalu. 

Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Kamu Harus ke Nepal Setidaknya Sekali Seumur Hidup

2. Krisis oksigen terjadi di Nepal

Seorang pria memakai masker pelindung sambil melihat keluar jendela kuil ditengah penyebaran virus corona (COVID-19) di Kathmandu, Nepal, Jumat (9/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Navesh Chitrakar)

Lonjakan kasus membuat otoritas kesehatan Nepal kewalahan, sama seperti negara tetangganya India. Banyak rumah sakit swasta dan komunitas di Kathmandu mengatakan, mereka tidak dapat menerima pasien lagi karena kekurangan oksigen dan tabung.

"Kami membutuhkan sekitar 25 ribu tabung oksigen segera untuk menyelamatkan orang dari kematian. Ini adalah kebutuhan mendesak kami," kata Samir Kumar Adhikari, seorang pejabat kementerian kesehatan.

“Kami juga sangat membutuhkan pabrik oksigen, kompresor dan tempat tidur ICU,” tambah Adhikari.

Baca Juga: Nepal akan Larang Perempuan ke Luar Negeri Tanpa Izin 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya